Kamis, 23 Januari 2014

Perang Antar Sesama Militan Takfiri Suriah Telan Korban Besar

Hampir 1.400 orang tewas di Suriah sejak perang meletus antara kelompok-kelompok militan yang didukung asing di negara Arab itu.

Observatorium HAM Suriah mengatakan, Kamis (23/1) bahwa bentrokan antara teroris Negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL) dan kelompok militan lainnya telah menewaskan 1.395 jiwa sejak 3 Januari.

Sumber oposisi itu menambahkan, 760 dari mereka yang tewas adalah militan asing yang bergabung dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) untuk berperang melawan militan ISIL.

Sekitar 190 warga sipil juga tewas dalam pertikaian mematikan itu, kata observatorium.

"Angka tersebut juga termasuk 426 militan ISIL dan sisanya 19 orang tidak teridentifikasi," tambahnya.



Pertikaian meletus ketika FSA melancarkan serangan di utara Suriah terhadap militan Al Qaeda. Oposisi Suriah menuduh militan Al Qaeda melakukan pelanggaran sistematis di daerah-daerah di bawah kendali mereka.

Pertempuran antara militan dilaporkan telah memperkuat pandangan di antara para pemimpin Barat bahwa mereka tidak bisa menjadi alternatif yang tepat untuk pemerintah Suriah saat ini.

Krisis di Suriah dimulai sejak Maret 2011. Menurut data PBB, lebih dari 100.000 orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi akibat kekerasan.

Pengamat: Solusi Krisis Suriah Memotong Sumber Dana Takfiri

takfiri
takfiri
Sejarawan AS mengatakan satu-satunya solusi untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung di Suriah adalah memotong bantuan keuangan dan militer kepada militan ke negara tersebut, demikian Press TV melaporkan.

"Satu-satunya solusi di sini adalah pasukan pembunuh dan pemberontak teroris di Suriah, menunjukkan kepada mereka pintu keluar. . . menyingkirkannya dan memotong dukungan mereka," kata Webster Griffin Tarpley kepada Press TV dalam sebuah wawancara pada hari Kamis, 23/01/14.

Pernyataan Tarpley itu diutarakan saat berlangsung pembicaraan damai yang disponsori PBB mengenai krisis di Suriah yang dimulai pada hari Rabu di kota Montreux, Swiss.

"Jika Anda bisa mengamankan hal yang ada tersebut, termasuk pemulangan para "pejuang" asing, pemotongan pendaaan dan senjata dari Arab Saudi dan Qatar dan Uni Emirat Arab, hal ini sudah menempatkan seluruh masalah dalam format managemen," kata sejarawan itu.

Tarpley juga mengatakan rakyat Suriah dan kelompok-kelompok di dalam negeri harus melakukan dialog mengenai krisis di negara itu, bukan Libya, bukan Saudi, bukan Chechen, bukan orang-orang dari Waziristan, atau dari tempat lain.

Menurutnya, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang meresmikan konferensi Jenewa II, tidak kompeten untuk menjalankan badan internasional itu dan menggambarkannya sebagai boneka AS dan NATO.

Pada hari Rabu, Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar al- Jaafari mengatakan, adalah mustahil untuk mencapai penyelesaian politik dengan para teroris yang melawan pemerintah Suriah.
Source : IRIB Indonesia, Islam Times

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...