Senin, 27 Januari 2014

Joserizal Jurnalis: Menunaikan Amanah Al-Aqsha

joserizal jurnalis

Nama Joserizal Jurnalis sangat identik dengan kata ‘relawan’. Dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk membantu korban perang dan konflik di berbagai wilayah, baik Indonesia maupun luar negeri, seperti Filipina, Afghanistan, Irak, dan Palestina. Salah satu misi besar yang tengah dilakukannya bersama tim MER-C (Medical Emergency Rescue Committe) adalah membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. Rumah sakit ini dibangun murni sumbangan rakyat Indonesia, dan melibatkan relawan-relawan Indonesia dalam pembangunannya.

Reporter Liputan Islam, Zainab Zilullah, berkesempatan mewawancarai Dr Joserizal untuk mengetahui lebih jauh tentang aktivitasnya dan perkembangan konflik Palestina.

LiputanIslam (LI): Sejak kapan Bapak mulai aktif dalam upaya kemanusiaan di Palestina? Apa motivasi Bapak?


Joserizal Jurnalis (JJ): Saya berbuat aksi riil untuk Palestina dimulai sejak tahun 2009 awal, tepatnya setelah penyerangan Israel ke Gaza pada 28 [Desember 2008—red] malam. Pada hari penyerangan tersebut, saya ditelefon (dihubungi) oleh Ibu Menkes [Menteri Kesehatan RI, Siti Fadhillah Supari—red] pada waktu itu. Saya menyarankan agar kita tidak mengirimkan bantuan uang. Tapi, sebaiknya kita mengirim bantuan dan tim medis ke Palestina karena hasilnya jauh lebih bagus. Kita juga sebaiknya langsung memberikan bantuan tersebut kepada rakyat Palestina, tidak melalui lembaga-lembaga Internasional. Menurut saya, harus ada bendera Indonesia untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia peduli dengan bangsa Palestina.

Alhamdulillah Ibu Menteri setuju; bayangkan, tanggal 28 penyerangan, pada tanggal 1 [Januari 2009—red] kita sudah berangkat. Jadi, sangat cepat langkah yang dilakukan oleh kita. Saya respect terhadap pejabat negara seperti itu, Ibu Menkes sangat tanggap. Pada akhirnya, kita membentuk tim dari berbagai kalangan, seperti NU, Muhammadiyah, wartawan, kalangan medis dan lainnya. Bantuan diberikan ke Yordan melalui Tepi Barat. Saya menyarankan Pak Rustam Papaya, ketua tim pada waktu itu, agar mengupayakan bantuan disampaikan langsung ke Gaza atau perbatasan. Oleh karena itu, kita melobi pemerintahan Mesir agar bisa sampai di perbatasan Gaza.

Alhamdulillah, kita bisa menyerahkan bantuan kenegaraan secara resmi melalui Mesir ke Gaza. Kita merupakan satu-satunya yang menyerahkan bantuan kenegaraan resmi dan tim medis yang bisa masuk membawa nama negara. Memang banyak grup-grup dari berbagai negara, tapi hanya Indonesia, mungkin juga tim dokter dari Syria, dalam hal ini, MER-C yang mewakili negara. Nah, sejak itulah kita mulai berkiprah masuk ke Gaza.

LI: Mengapa rakyat Indonesia harus membantu Palestina? Bukankah kondisi Indonesia masih banyak problem (banyak orang-orang memerlukan bantuan), apalagi pada konteks kekinian?

JJ: Dalam hidup bertetangga di dunia, kita tidak bisa menyatakan bahwa kita yang paling menderita; maksud saya dalam ber-internasionalisasi di dunia. Palestina jika dilihat dari segi humanitarian act memang harus dibantu; the most neglected dan the most vulnerable, terutama di Gaza. Secara kebangsaan, kita memikul amanat pembukaan konstitusi, yaitu, “kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Pembukaan UUD 1945 mengindikasikan semangat anti-penjajahan. Pada masa ini, Palestina adalah satu-satunya bangsa yang masih dijajah (pada abad 21 ini).

Indonesia merupakan negara pelopor Gerakan Asia-Afrika, salah satu semangatnya adalah memberantas penjajahan. Nah, negara yang belum merdeka setelah Gerakan Asia-Afrika terbentuk adalah Gaza, Palestina.

Sebagai Muslim, kita memiliki amanah yang lebih, selain amanah konstitusi, yaitu amanah Masjid al-Aqsha. Masjid tersebut harus berada di tangan kaum Muslimin. Kita seharusnya bisa masuk Masjid al-Aqsha secara bebas, tanpa dihalang-halangi, dan check point. Tidak seperti sekarang ini, Muslim harus melalui check point yang luar biasa; pada intinya kita tidak bebas.

Sementara, bagi masyarakat dunia, perjuangan ini diperlukan untuk melawan penjajahan dan semangat pembebasan Yerussalem. Yerussalem merupakan kota tiga agama, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi; tidak buat Zionis, ini harus digarisbawahi. Berbeda antara Zionis dan Yahudi. Seperti diagram Venn, Zionis adalah bagian kecil (irisan) dari Yahudi. Kita menggarisbawahi Zionis karena orang-orang Yahudi yang memiliki pemahaman politik Zionis itu sangat chauvinistic, tidak bisa menerima nilai-nilai peradaban manusia. Itu bisa terlihat dari statement Ariel Sharon yang sangat kasar, “Jika saya bertemu orang Arab, maka akan saya bakar.” Intinya ingin membunuh orang Arab. Bayangkan bila seorang pemimpin negara berprinsip seperti itu! Itu kan sangat berbahaya karena mengorbankan semangat kebencian kepada tetangga-nya dan semangat eksklusivisme yang luar biasa. Bagaimana ia bisa hidup berdampingan dengan negara lain? Dia menganggap boleh menyerang orang lain, walaupun masih potensial menjadi musuh. Ia juga membolehkan membunuh orang lain (musuhnya).

Contoh, penyerangan reaktor nuklir Iran, pembunuhan lawan-lawan Zionis di luar negeri (seperti orang-orang Palestina di negara Teluk). Ini kan berbahaya; mereka menyerang negara orang lain, menyerang kapal orang lain, seperti USS Liberty. Jadi, prinsip-prinsip yang dianut Zionis, seperti we are the chosen people, we have the promise land, we have right to perform pre-emptive strike, we have right to go back home sangat berbahaya. 

wawancara-joserizal1

LI: Kita melihat di berita, banyak orang yang menyatakan, “Sesama Palestina saja gontok-gontokan, seperti Hamas dengan Fatah dan lainnya. Apa urgensi kita membantu mereka?” Bagaimana menurut pandangan Bapak?

JJ: Tidak, menurut saya tidak seperti itu. Mereka gontok-gontokan kerena manipulasi. Tapi, yang kita lihat di luar konteks itu, bahwa mereka dijajah dan tanah mereka diambil. Nah, kita yang memberikan penyadaran kepada mereka. Hai, tanah kamu diambil, kamu berhak merdeka! Kita ingatkan Israel juga, kalian jangan gontok-gontokan lagi! Jadi, kita care dengan persoalan Palestina bukan karena orang-orang Palestina itu mulia, tapi karena mereka terjajah. Jadi, kita melihat dari aspek kemanusiaannya. Mereka gontok-gontokan karena dimanipulasi oleh orang lain, jadi kita harus menyadarkan mereka.

LI: Pada hari Senin (20/1/2014), menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry akan memulai lawatanya ke Timteng untuk menawarkan dokumen kesepahaman antar kedua belah pihak. Apakah langkah ini bisa menjadi angin segar bagi perdamaian Palestina dan Israel?

JJ: Begini, Amerika adalah negara besar, tetapi Amerika diperalat. George Washington dan Benjamin Franklin pernah mengingatkan ini bagaimana bahayanya ‘Jews’. Mereka tidak
menyebutkan Zionisme pada waktu itu, tapi Jews di sini artinya konsep-konsep Freemason.
Amerika ini negara yang diperalat, terlihat dari lambang mata uang-nya dan bank central-nya yang ternyata bukan milik negara, tapi milik swasta. Jelas mereka sangat dependen terhadap finance-nya. Kita tahu bahwa yang menghasilkan keuangan adalah orang-orang Freemason.

Akhirnya, di Amerika terbentuk the Shadow Government (Pemerintah Bayangan) yang sebenarnya mengatur Pemerintah. The Shadow Government terdiri dari orang-orang di sekitar Presiden atau Kongres dan Senat. Mereka menciptakan lembaga lobi-lobi.

Sebenarnya Obama memiliki modal dukungan civil society yang kuat. Tapi, Amerika jika dilihat struktur pemerintahannya, ada Senat dan Kongres yang bisa menyandera Presiden. Makanya, pada waktu itu ada “Government Shut-Down”. Mengapa itu terjadi? Tidak semata-mata faktor ekonomi jika kita liat urutannya. Mereka menginginkan agar Obama melakukan serangan ke Syria melalui beberapa peristiwa-peritiwa seperti senjata kimia.

Namun, Obama pada detik-detik terakhir membatalkan serangan itu. Walaupun tentara Amerika sudah berada di Laut Tengah. Para Zionis kecewa, Bandar bin Sultan [pejabat intel Saudi Arabia—red] pun kecewa. Karena Sultan ngambek, sampai-sampai John Kerry harus berangkat ke Saudi untuk membujuk Bandar bin Sultan. Karena peristiwa Ghouta itu tidak bisa dijadikan peristiwa kemanusiaan untuk menjadi alasan penyerangan Syria. Urutannya tersembunyi seperti itu.

Makanya, Obama dikerjain dengan persoalan itu, seperti lewat Obama Care; makanya ada Government Shut-down. Jadi, mayoritas persoalan Amerika adalah terkait persoalan Timteng. Amerika telah dibajak oleh para Zionis. Ini harus diketahui oleh rakyat Amerika. Amerika itu memiliki negara, tapi dibajak oleh Zionis. Makanya, saya tidak membenci Amerika, dalam kaitannya dengan kasus Timur Tengah. Justru saya kasihan dengan Amerika karena dibajak/ ditunggangi seperti kuda oleh Zionis. Kasihan kepada rakyat Amerika, tapi pada pemerintahannya saya kesal karena kebodohan mereka.

LI: Jadi, menurut Bapak, lawatan John Kerry tidak akan berdampak apa pun terhadap perdamaian Palestina dan Israel?

JJ:Tidak akan berdampak apa pun, kalau diibaratkan permainan main bola, itu seperti gaya Barcelona—itu gaya tikitaka saja. Tidak ada yang signifikan karena negara mereka dibajak oleh Zionis. Rakyat Amerika seharusnya menganggap penting perlawanan terhadap Zionis agar menjadi sebuah bangsa yang makmur, maka mereka harus fight mengamankan/ melindungi pemerintahannya.

LI: Apakah MER-C masih menyalurkan bantuan (amanah) dari rakyat Indonesia, serta mengirim relawan ke Palestina?

JJ: Ya, para relawan kami masih ada di Gaza, Palestina. Kami pun masih mengirimkan bantuan yang diamanahkan rakyat Indonesia ke Gaza.
RS Indonesia di Gaza
RS Indonesia di Gaza

LI: Bagaimana perkembangan pembangunan RS Indonesia di Gaza?
 
JJ: Insya Allah, rencananya pembangunan RS Indonesia akan selesai pada bulan Maret 2014.

LI: Apakah melibatkan putra-putra bangsa?
 
JJ: Oh iya, RS ini dirancang oleh divisi teknik dan konstruksi kita. Awalnya, pembangunan RS Indonesia kita tenderkan untuk membuat pondasi pada sebuah perusahaan di Gaza. Tapi pada tahap kedua, tahap mechanical-electric-architecture, relawan kita yang mengerjakan. Jadi, semuanya dari Indonesia; benar-benar RS Indonesia, dana pure dari Indonesia (dana dari rakyat Indonesia), dan mayoritas tenaga kerja adalah orang Indonesia (terlebih pada tahap kedua ini). Insya Allah Feb-Maret 2014 sudah selesai, tapi kita tinggal mencari alat-alat untuk RS.

LI: Bagaimana proses pengiriman peralatan dan bantuan yang dibutuhkan untuk pembangunan RS Indonesia, terlebih pada saat Gaza diblokir?

JJ: Kita harus melobi pemerintahan Mesir. Saya tahu hubungan antara Mesir dan Hamas tidak sehat . Pemerintah Mesir curiga pada Hamas karena terjadi kerusuhan di Sinai. Mereka menganggap Hamas membantu kelompok-kelompok yang bertikai di sana. Jadi, kita berada pada posisi yang sulit. Kita ingin membantu Gaza terlepas dengan persoalan politik ini. Nah, dalam hal ini, kita harus mengingatkan Pemerintahan Mesir. Hai, kami perlu bantuan anda supaya RS Indonesia cepat selesai! RS ini untuk rakyat Gaza; bukan buat Hamas, tapi rakyat Palestina. Kebetulan Hamas sebagai Pemerintah yang berkuasa saat ini (pelaku pemerintah) di Palestina. Jadi, it is from the people of Indonesia to the people of Palestina. Itu pesannya adalah pesan kerakyatan bukan kenegaraan karena tidak ada dana negara atau asing dalam proyek ini; pure dari rakyat Indonesia.

LI: MER-C bergerak pada awalnya atas pesan dari Kementerian Kesehatan. Nah, sekarang apakah masih menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan, terutama terkait dengan dana?

JJ: Hehe, kita dikibulin oleh Kementerian Kesehatan setelah Ibu Siti Fadhilah. Jadi, kita tidak menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI.

LI: Apa tidak kuatir sia-sia? Bukankah selalu ada resiko RS itu dibom Israel?

JJ: Kalau kita takut dibom oleh Israel, maka kita tidak akan membantu rakyat Palestina. Kita lihat saja apa yang akan dilakukan oleh Israel. Tapi, saat ini dunia telah berubah. Apabila Israel membom RS, maka sejarah akan mencatat peristiwa tersebut. Israel pernah membom RS yang dibuat oleh uang rakyat Indonesia; itu akan tercatat oleh sejarah. Maka, semua orang di dunia ini akan tahu. Itu akan membuat politik belas kasihan yang dibangun Zionis selama ini, yaitu peristiwa Holocaust, akan hilang. Secara rasional mungkin, tapi kita tidak takut dengan resiko itu; ya lillahi ta’ala.

Saya yakin itu akan tercatat dalam sejarah, terlebih dana yang terkumpul untuk pembangunan RS Indonesia mayoritas berasal dari dana rakyat kecil dan menengah. Karena kalangan menengah ke atas/ konglomerat tidak menyumbang ke MER-C. Jadi, ini merupakan semangat rakyat Indonesia.

LI: Berapa budget yang sudah dikeluarkan untuk pendirian RS Indonesia?
 
JJ: Mungkin hampir 40 Miliar; maksud saya, selesai pembangunan RS Indonesia memakan biaya 40 Miliar. Dana kita baru sekitar segitu, tapi untuk alat-alat kesehatan justru belum ada dananya.

LI: Lalu, bagaimana dengan para relawan yang dikirim ke Gaza?
 
JJ: Relawan kita kirim ke sana, tapi kita tanggung keluarganya.

LI: Apa himbauan Bapak kepada rakyat Indonesia terkait dengan urgensi uluran bantuan bagi rakyat Palestina?
 
JJ: Pertama, ini merupakan amanah konstitusi. Kedua, ini merupakan amanah kemanusiaan. Ketiga, ini adalah amanah al-Aqsha.

LI: Menurut Bapak, apa yang harus kita lakukan sebagai umat Islam menanggapi atau berperan aktif dalam penyelesaian konflik antara Palestina-Isael ini?
 
JJ: Kita harus bergandengan tangan dengan masyarakat internasional untuk mengeluarkan Zionis dari al-Aqsha. Menurut saya, tidak mungkin Zionis bergandengan tangan dengan orang lain karena konsep mereka sangat eksklusif. Jadi, seperti konsep “two-state solution” itu impossible. Kita harus meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Zionis itu berbahaya, tidak hanya bagi orang lain, tapi juga bagi orang Yahudi sendiri. Ini buat kami, anda, dan manusia. Anda (orang-orang Yahudi) berhak tinggal di Yerussalem dan Palestina, tapi tidak bagi Zionis karena mereka sangat eksklusif. 

Source
http://liputanislam.com/wawancara/joserizal-jurnalis-amanah-al-aqsha/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...