Sabtu, 01 Februari 2014

Moualla: Wartawati Pemberani dari Suriah

Syrian anchor Elissar Moualla shocks opposition at Geneva talks
Moualla
Di antara puluhan wartawan Suriah dan luar negeri yang meliput pembicaraan damai Suriah di Jenewa, Elissar Moualla salah satu yang menonjol.
Dia adalah pembaca berita terkenal di Suriah, bekerja untuk TV pemerintah Suriah, ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mewawancarai delegasi oposisi.
--
Dengan suara keras dan gelisah, ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dalam konferensi pers kepada pihak oposisi dan dia memancing pernyataan dari perwakilan oposisi untuk membuat suasana pertemuan lebih santai, di taman markas PBB.
"Bisakah Anda ceritakan mengapa kelompok bersenjata [yang Anda dukung ] mengambil perempuan dan anak sebagai sandera di Homs ?" dia menanya kepada seorang juru bicara oposisi, merujuk pada kota di mana daerah-daerah yang dikuasai militan telah dikepung oleh pasukan pemerintah selama 18 bulan.

"Anda mengklaim Anda ingin menghentikan pertempuran, tetapi apakah Anda memiliki kendali atas kelompok-kelompok bersenjata itu ? " dia bertanya lagi.
Konferensi di Swiss adalah pertama kalinya Damaskus berinteraksi dengan oposisi yang didukung Barat untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar al - Assad.
Moualla mengatakan perwakilan oposisi "terkejut" ketika mereka menghadapi wartawan dari media pemerintah Suriah." Meskipun sebelumnya mereka telah dilatih untuk menghadapi pertanyaan wartawan,  mungkin ini adalah pertama kalinya mereka telah tanya.. oleh wartawan yang datang dari Suriah. Inilah sebabnya mengapa mereka tidak bisa menyampaikan pesan mereka secara efektif seperti yang mereka inginkan,"  kata jurnalis beusia 37 tahun mengatakan kepada Al Jazeera.
Bagi Moualla, konferensi perdamaian ini adalah bukan hanya parade media tapi sekaligus sebagai medan perang. Dia yakin bahwa dia telah memberikan kontribusi untuk urusan negaranya.
"Ini adalah pertama kali saya melihat seberapa besar rencana dari berbagai negara dan bagaimana para pejuang di Suriah dimanipulasi," katanya sambil menyeruput kopinya dalam ruangan pers di gedung PBB, di mana pembicaraan AS dan Rusia sedang berlangsung.

"Untuk pertama kalinya saya kasihan kepada [oposisi] pejuang karena saya menyadari betapa tersesatnya mereka. Mereka berpikir mereka berjuang untuk kemerdekaan atau untuk agama atau untuk apapun itu. Namun dalam kenyataannya, mereka berjuang karena negara-negara lain, "kata Moualla.
"Meskipun semua penderitaan disebabkan oleh tindakan mereka, tetapi saya ngeri setiap kali saya melihat mayat mereka di TV. Saya tidak menyukai mereka dan saya benci ekstremisme, sebagai manusia," kata Moualla.
"Saya selalu mengatakan kepada rekan-rekan : "Ketika Anda mengambil film mereka, jangan buat gambar-gambar yang tidak menyenangkan, mereka manusia. Tutup mereka ketika Anda film mereka.. "Dia lalu cepat-cepat menambahkan : "orang yang sama akan membunuh saya jika mereka melihat saya."
Banyak kelompok pemberontak menganggap para karyawan media pemerintah menjadi sasaran yang sah karena mereka membela pemerintah Suriah. Menyajikan pandangan salurannya telah datang dengan biaya besar untuk Moualla,  yang mengatakan ia telah menerima rentetan ancaman kematian dan bashing setan. "Saya menerima panggilan telepon dan pesan yang tak terhitung jumlahnya. Mereka pernah mengancam akan membunuh ayah saya. Dan ancaman yang seburuk itu biasa ".
Pergi dari rumahnya di pinggiran Damaskus ke tempat kerjanya di pusat ibukota juga merupakan tantangan sehari-hari. Dia menceritakan, dia pikir hari itu hidupnya sudah mendekati akhir :.. "Suatu kali, tiga pria bersenjata yang mengenakan pita hitam di kepalanya mencoba untuk menyerang mobil saya, setelah mereka mengenali saya kemudian mereka lari, sesaat setelah polisi tiba. saya tidak akan pernah melupakan kejadian hari itu."
Orang Moualla, yang tinggal di provinsi pesisir Latakia, telah meninggalkan kampung halamannya dan pindah ke Damaskus karena mereka khawatir tentang keselamatan dirinya.
Namun ancaman tidak menghalangi untuk menjalankan pekerjaannya. Dia teringat akan rekan-rekannya yang telah kehilangan nyawa, mereka mengatakan beberapa wartawan pro-pemerintah lainnya juga menderita bahkan lebih dari yang mereka lakukan kepada dia.
Setidaknya lima karyawan TV Suriah telah tewas selama meliput konflik, dan nasib teman Moualla di saluran itu, Mohammad Saeed,  masih belum diketahui nasibnya setelah ia diculik.
Selama tiga tahun terakhir, banyak wartawan yang meliput konflik Suriah tewas, ditangkap secara sewenang-wenang, dihilangan dengan paksa atau disiksa.
Moualla yakin narasi berita pemerintah tentang peristiwa di Suriah kini menjadi kebenaran yang tak terbantahkan. "Tidak ada yang bisa menyangkalnya," katanya. "Pemerintah membela wilayahnya dari teroris."
Moualla mengatakan bahwa liputan tentang konflik Suriah oleh sebagian media mainstream bias, baik itu di sengaja atau tidak sengaja. Dia mengatakan kekejaman yang dilakukan oleh pasukan oposisi belum diulas dengan baik oleh media asing dan juga oleh media pemerintah Suriah.
Pemerintah telah beberapa kali menutupi kejahatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata di kota-kota yang terpecah seperti Homs, dengan maksud mencegah keretakan antara rakyat,  katanya. "Pemerintah meminta wartawan [dari media pemerintah] untuk tidak membuat film kekejaman ini, sehingga umat nasrani tidak melihat Muslim dengan cara yang negatif,  juga kaum Alawiyah tidak akan melihat Sunni dengan cara yang negatif."
"Tentara Suriah memang membunuh, tapi mereka membunuh para teroris," Moualla menegaskan." Ada kebenaran yang harus diakui : Mereka [teroris] adalah monster.  Bukan manusia. Mereka adalah monster yang telah dilepas di tanah Suriah. Beberapa dari mereka memegang kewarganegaraan Suriah tapi mereka telah kehilangan daya untuk hidup normal dalam masyarakat..."
Moualla akan meninggalkan kota yang damai di Jenewa untuk kembali ketempat yang penuh dengan perang di Damaskus,  kembali ke ancaman yang mematikan, suara desing tembakan, dan buletin yang penuh dengan berita berdarah dan kematian.

Source : http://en.alalam.ir/news/1561037
liputanislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...