Presiden Rusia Vladimir Putin, hari Rabu (26/2) memerintahkan pasukan
Rusia di perbatasan Ukraina untuk meningkatkan status siaga di
perbatasan Ukraina dan seluruh komando Rusia barat yang berbatasan
dengan negara-negara Eropa. Demikian pernyataan menteri pertahanan Rusia
Sergei Shoigu kemarin.
“Sehubungan dengan perintah Presiden Federasi Rusia, seluruh pasukan
di Distrik Militer Barat berada pada kondisi siaga,” kata menhan Rusia.
Dalam kesiagaan itu Rusia akan menggelar latihan perang besar-besaran
selama 4 hari dimula hari Jumat (28/2). Beberapa satuan militer besar
di wilayah barat Rusia akan dilibatkan, termasuk Armada Laut Hitam,
Armada Laut Baltik, Armada Laut Utara dan Angkatan Udara. Personil yang
terlibat dalam latihan itu mencapai 150.000 personil.
Meski tidak ada pernyataan resmi dari Rusia tentang kaitan latihan
militer itu dengan kondisi di Ukraina, namun para pengamat memastikan
adanya kaitan itu. Apalagi Rusia juga telah memiliki preseden yang sama
ketika menyerang Republik Georgia tahun 2008 setelah Georgia menyerbu
wilayah protektorat Rusia di Ossetia Utara.
Sebagian wilayah Ukraina, terutama di wilayah Timur dan Tenggara bisa
disebut juga sebagai wilayah “protektorat” Rusia karena mayoritas
penduduknya beretnis dan berbahasa Rusia. Hal ini bisa digunakan alasan
bagi Rusia untuk menyerang Ukraina dengan dalih melindungi warga
keturunan Rusia di Ukraina.
Bentrokan Massa Pro dan Anti Rusia di Krimea
Kekhawatiran terjadinya kerusuhan sektarian paska penggulingan
Presiden Ukraina Yanukovich oleh massa pro Uni Eropa yang anti-Rusia,
mulai muncul di Semenanjung Krimea, Ukraina Tenggara, yang merupakan
wilayah otonomi Republik Krimea yang mayoritas berpenduduk etnis Rusia.
Setidaknya seorang tewas dalam bentrokan antar massa pendukung dan
anti-Rusia di luar gedung parlemen Republik Krimea di Simferopol. 20
orang lainnya mengalami luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Bentrokan terjadi ketika kedua kelompok saling ejek, dilanjutkan
dengan saling lempar batu dan benda-benda keras lainnya hingga terjadi
bentrok fisik di jalanan meski polisi dan pemimpin kedua kelompok telah
berusaha memisahkannya.
Bentrokan ini terjadi ketika satu tim parlemen Rusia tiba di Krimea
untuk mengevaluasi kondisi di wilayah yang menjadi pangkalan Armada Laut
Hitam Rusia ini.
Para politisi Rusia mengatakan bahwa warga Krimea bisa mendapatkan
kewarganegaraan Rusia, dan jika parlemen Krime memutuskan untuk
bergabung dengan Rusia, Rusia akan menyambut baik. Bentrokan pro dan
anti-Rusia juga terjadi di kota terbesar di Krimea, Sevastopol.
Rusia pernah terlibat pertempuran hebat melawan negara-negara barat
dalam periswita besar yang disebut Perang Krimea pada abad 19.
Source : LiputanIslam, press tv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...