Teroris |
Sebagaimana halnya dengan Presiden Bashar al -Assad yang telah
berkomitmen secara terbuka untuk memerangi terorisme dan ideologi
takfiri yang telah mengacaukan Suriah, kini perlahan, Arab Saudi pun
menampakkan wajah yang sesungguhnya.
Dukungan Israel dan Arab Saudi kepada pemberontak di Suriah, pada
akhirnya akan membuat kita menyadari adanya penghianatan besar dinasti
Al-Saud bukan hanya kepada Arab, namun juga umat Islam di seluruh dunia.
Mereka yang mengklaim diri sebagai penjaga tempat suci, telah terbukti
mendukung dan melaksanakan agenda Israel di Timur Tengah. Mereka memicu
perselisihan sekterian, mengimpor teroris takfiri yang dimanapun mereka
menginjakkan kakinya, akan meninggalkan jejak berupa pertumpahan darah.
Negara-negara Barat dan agen regional mereka, yaitu Arab Saudi dan
Qatar telah menjelma menjadi mesin propaganda yang berjalan secara
sistematis, yang menjadikan masyarakat mudah percaya dan mudah tertipu
dengan apa yang mereka sampaikan. Contohnya adalah ketika Arab Saudi
yang mulai berputus asa karena Assad tidak dapat ditumbangkan setelah
lebih dari dua tahun konflik, akhirnya mendorong Amerika untuk melakukan
intervensi militer di Suriah dengan alasan bahwa Bashar al-Assad telah
menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil. Saat itu, Arab Saudi
bersedia menjadi penyandang dana bagi Amerika.
Namun, jauh sebelum serangan senjata kimia meletus, apa yang menjadi
rencana jahat Arab Saudi sudah mulai terbaca. Arabi Souri seorang
pengamat politik, telah menguraikan bahwa akan ada operasi bendera palsu
yang akan ‘digelar’ di Suriah. Kesimpulan itu berdasarkan laporan dari
berbagai sumber bahwa ada sebuah perusahaan di Arab Saudi yang telah
dilengkapi dengan 1.400 kendaraan ambulans dengan sistem penyaringan
anti-gas & anti-kimia dengan biaya $ 97.000 dolar untuk
masing-masing unit, sebagai persiapan untuk serangan senjata kimia yang
akan dilakukan pemberontak.
Serangan tersebut, yang direncanakan akan menggunakan fosfor putih,
sarin dan gas mustard, akan diluncurkan pada sebuah kota padat penduduk
dekat perbatasan antara Suriah dan Yordania. Terbukti, pada tanggal 21
Agustus 2013, di Ghouta, terjadi serangan kimia mematikan dan menelan
ratusan korban, lalu sembilan hari kemudian Sekretaris Negara Amerika
Serikat John Kerry menuduh pasukan pemerintah Suriah telah melakukan
kejahatan perang dan AS pun bersiap untuk ‘menghukum’ Assad karena telah
melewati ‘red line’. Rusia tidak berdiam diri, dan kemudian terbongkar
bahwa arsitek dari false flag serangan senjata kimia di Suriah tersebut
adalah Kepala Intelejen Arab Saudi, Pangeran Bandar bin Sultan.
Meski intervensi militer akhirnya dibatalkan, Suriah menghadapi
masalah baru. Di wilayah yang dikuasai oleh takfiri terjadi perubahan
drastis yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dari info media pendukung
takfiri, di wilayah yang dikontrol oleh militan, mulai diberlakukan
peraturan yang sangat mengikat. Misalnya untuk para wanita diwajibkan
menggunakan cadar. Di waktu shalat semua warga kota harus shalat
berjamaah di masjid, dan jika terpantau ada yang tidak mengikuti shalat
berjamaah di masjid akan dihukum. Bisa dibayangkan seandainya aturan
tersebut diberlakukan di Indonesia, berapa banyakkah yang akan dihukum
akibat tidak ikut shalat berjamaah mengingat di sini, kecuali saat bulan
Ramadhan, masjid tidaklah ramai. Begitu juga halnya dengan cadar, di
Suriah masyarakatnya memeluk berbagai macam agama, wajib cadar ini
adalah hal yang sangat sulit diterima.
Tanggapan ulama dan tokoh dunia
Seorang ulama Malaysia, Abdul Hadi Awang pernah berkata: ”Arab
Saudi telah dipengaruhi oleh permainan politik AS dan Eropa. Selain
Saudi, negara-negara Arab lainnya juga telah menjadikan tanah mereka
sebagai basis Barat, dan mereka melakukan ini bukan untuk mendukung
Islam tapi untuk mendapatkan kekuasaan.”
Awang juga menjelaskan bahwa orang Arab banyak yang tidak mampu
‘membuka mata’ terhadap kebenaran dan mereka terus menerus melakukan
provokasi yang menyulut perpecahan dan menodai prinsip- prinsip Islam
dengan menghalalkan pembunuhan dan tindakan kejam terhadap sesama
muslim. Sesungguhnya, ini adalah agenda plot Barat untuk melindungi
kepentingan mereka dan kepentingan Israel. Mereka menggunakan agama
sebagai alat dalam permainan ini, juga menggunakan awak media dan tokoh
politik sebagai salah satu elemen penguat. Malaysia, termasuk salah satu
negara yang banyak terkena pengaruh. Di Malaysia
menjamur komunitas dengan label “Peduli Suriah” yang tidak pernah lelah
membungkus konflik Suriah yang sesungguhnya murni masalah politik
menjadi berbalut sekterian yang menyengat. Hujatan, fitnah dan
propaganda terhadap suatu mazhab tertentu gencar ditayangkan setiap
harinya. Tentunya, akan ada pihak yang tersenyum puas melihat kejadian
ini dan untuk itulah Awang menekankan agar Sunni Syiah bersatu dan
berdiri bersama melawan ketidakadilan.
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ayatullah Sayyid Ali
Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pertemuannya dengan
tokoh muslim di dunia di acara Konferensi Persatuan yang digelar di
Teheran, mendesak umat Islam untuk bersatu melawan takfiri. Beliau
menekankan bahwa para elite politik maupun agama yang telah mendukung
kebrutalan takfiri sepertinya tidak menyadari bahwa suatu saat api
takfiri akan membakar semuanya. Pecah belah ini merupakan langkah yang
diambil oleh para pendukung takfiri, yang bertujuan untuk mencegah
adanya kebangkitan Islam. Kebangkitan Islam, akan sangat membahayakan
eksistensi dinasti yang menjadi penguasa tunggal di negara mereka
Sebelumnya, Perdana Menteri Irak al-Maliki juga mengecam atas
keterlibatan negara negara Arab yang jahat dan berbahaya atas sikap
mereka menyebarkan perselisihan sektarian di negaranya. Irak telah
menjelma menjadi negara penuh teror yang setiap saat bom bisa meledak di
sembarang tempat, menewaskan penduduk sipil yang tidak berdosa. Bahkan
baru- baru ini, Falujjah, salah satu kota di Irak, berhasil dikuasai
ISIS dan mereka mendeklarasikan Daulah Islam (atau khilafah?) di kota
tersebut.
Di setiap tempat dan waktu dimana ada darah tertumpah di kawasan
Timur Tengah, terlihat bayang – bayang Arab Saudi dan sekutunya.
Israel, merupakan negara yang telah berpengalaman dalam peperangan meski
pernah dipermalukan Hizbullah di Lebanon. Dan Arab Saudi adalah negara
dengan dana tak terbatas. Keduanya, adalah teroris sesungguhnya yang
paling aktif di Timur Tengah saat ini.
Source : liputanislam.com/alahednews/khamenei.ir/AF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...