Bandar bin Sultan |
Kabel langsung dari istana Kerajaan Arab Saudi menyebutkan,
Pangeran Bandar bin Sultan dicopot dari jabatan kepala dinas intelijen
dan pensihat keamanan negara Wahhabi itu. Sosok yang selama ini menjadi
big-boss kaum teroris takfiri di seluruh dunia itu belum terlihat selama
lebih dari sebulan. Dilaporkan dari sumber anonim AS dan Saudi Rabu
lalu (19/2), ia telah didepak dari lingkaran utama pembuat kebijakan
Riyadh.
Tentu saja rezim zionis "Israel" langsung panik dan meradang karena harus kehilangan salah satu mitra pentingnya di Timur Tengah. Benjamin Netanyahu mengecam keputusan itu dan menyebutnya sebagai bentuk promosi kekuatan negatif di kawasan dan merusak kepentingan Amerika sendiri.
Bandar dilaporkan secara luas di Timur Tengah telah menjalin hubungan rahasia dengan dinas intelijen "Israel" untuk menyatukan Arab Saudi dan Israel dalam melawan Iran. Berkali-kali Teheran menyatakan bahwa Bandar telah melakukan kunjungan diam-diam ke Tel Aviv. Hubungan mereka agaknya terputus setelah Bandar dicopot dari jabatannya.
Belum ada pernyataan resmi dari Riyadh menyangkut perubahan status Bandar. Berdasarkan laporan terbaru, produsen teroris takfiri yang membanjiri kawasan (utamanya Suriah dan Libanon) dan pernah menjabat duta besar untuk AS, lenyap dari peredaran di Saudi dan Timur Tengah sejak medio Januari, tak lama sebelum dijadwalkan mengunjungi Washington untuk mengatur perjalanan Obama ke Riyadh pada minggu terakhir bulan Maret.
Bandar tidak pernah tiba di Washington dan tak seorang pun elit Riyadh menyatakan siap menjawab pertanyaan seputar keberadaannya. Beberapa sumber AS lebih terbuka--kendati kurang utuh. Dalam beberapa laporan, disebutkan bahwa ia dicopot karena "pemarah" atau "tidak menentu."
Kepala intelijen Saudi itu memberikan senjata dan uang kepada pemberontak takfiri Suriah dan menginisiatifkan pembentukan koalisi Front Islam, yang bulan lalu merontokkan kekuatan pemberontak FSA sokongan Washington. Beberapa sumber di kawasan mengatakan bahwa ia telah membayar harga bagi kegagalan pihak Kerajaan Arab Saudi di Suriah.
Bandar telah berjanji kepada Raja Abdullah bahwa dirinya akan segera menyingkirkan Presiden Suriah Bashar Assad. Namun ia tidak hanya gagal dam melaksanakan tugas kotornya itu, namun juga membuahkan bentrokan antara rezim Obama dan penguasa Saudi terkait masalah Suriah, kata sumber itu.
Bukti pencopotannya yang paling mencolok adalah ketidakhadirannya di tengah konklaf rahasia yang diadakan baru-baru ini oleh kepala intelijen Timur Tengah untuk mengkoordinasikan posisi mereka dengan Washington di Suriah. Malah, kursi Bandar diduduki lawan politiknya, Menteri Dalam Negeri Saudi, Mohammed bin Nayef.
Mohammed menjadi favorit di Gedung Putih dan merupakan teman dekat Menteri Luar Negeri John Kerry dan Direktur CIA John Brennan. Dengan menduduki tempat Bandar dalam forum penting ini, Menteri Dalam Negeri Saudi itu sedang melenggang menuju jabatan kepala intelijen--meskipun tanpa pemberitahuan resmi dari Riyadh.
Tentu saja rezim zionis "Israel" langsung panik dan meradang karena harus kehilangan salah satu mitra pentingnya di Timur Tengah. Benjamin Netanyahu mengecam keputusan itu dan menyebutnya sebagai bentuk promosi kekuatan negatif di kawasan dan merusak kepentingan Amerika sendiri.
Bandar dilaporkan secara luas di Timur Tengah telah menjalin hubungan rahasia dengan dinas intelijen "Israel" untuk menyatukan Arab Saudi dan Israel dalam melawan Iran. Berkali-kali Teheran menyatakan bahwa Bandar telah melakukan kunjungan diam-diam ke Tel Aviv. Hubungan mereka agaknya terputus setelah Bandar dicopot dari jabatannya.
Belum ada pernyataan resmi dari Riyadh menyangkut perubahan status Bandar. Berdasarkan laporan terbaru, produsen teroris takfiri yang membanjiri kawasan (utamanya Suriah dan Libanon) dan pernah menjabat duta besar untuk AS, lenyap dari peredaran di Saudi dan Timur Tengah sejak medio Januari, tak lama sebelum dijadwalkan mengunjungi Washington untuk mengatur perjalanan Obama ke Riyadh pada minggu terakhir bulan Maret.
Bandar tidak pernah tiba di Washington dan tak seorang pun elit Riyadh menyatakan siap menjawab pertanyaan seputar keberadaannya. Beberapa sumber AS lebih terbuka--kendati kurang utuh. Dalam beberapa laporan, disebutkan bahwa ia dicopot karena "pemarah" atau "tidak menentu."
Kepala intelijen Saudi itu memberikan senjata dan uang kepada pemberontak takfiri Suriah dan menginisiatifkan pembentukan koalisi Front Islam, yang bulan lalu merontokkan kekuatan pemberontak FSA sokongan Washington. Beberapa sumber di kawasan mengatakan bahwa ia telah membayar harga bagi kegagalan pihak Kerajaan Arab Saudi di Suriah.
Bandar telah berjanji kepada Raja Abdullah bahwa dirinya akan segera menyingkirkan Presiden Suriah Bashar Assad. Namun ia tidak hanya gagal dam melaksanakan tugas kotornya itu, namun juga membuahkan bentrokan antara rezim Obama dan penguasa Saudi terkait masalah Suriah, kata sumber itu.
Bukti pencopotannya yang paling mencolok adalah ketidakhadirannya di tengah konklaf rahasia yang diadakan baru-baru ini oleh kepala intelijen Timur Tengah untuk mengkoordinasikan posisi mereka dengan Washington di Suriah. Malah, kursi Bandar diduduki lawan politiknya, Menteri Dalam Negeri Saudi, Mohammed bin Nayef.
Mohammed menjadi favorit di Gedung Putih dan merupakan teman dekat Menteri Luar Negeri John Kerry dan Direktur CIA John Brennan. Dengan menduduki tempat Bandar dalam forum penting ini, Menteri Dalam Negeri Saudi itu sedang melenggang menuju jabatan kepala intelijen--meskipun tanpa pemberitahuan resmi dari Riyadh.
Gantikan Bandar, Nayef Langsung Persenjatai Takfiri Suriah
Mohammed bin Nayef
|
Sumber media AS mengatakan bahwa posisi Bandar "bos teroris takfiri" bin Sultan diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Nayef, yang ditugaskan untuk menukangi proses mempersenjatai para teroris pemberontak di Suriah.
David Ignatius menulis di Washington Post bahwa para kepala dinas intelijen Barat dan Arab bertemu di Washington selama dua hari pekan lalu, dalam upaya mengkoordinasikan operasi mendukung para teroris Suriah.
Tampaknya, imbuh penulis AS itu, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Nayef, yang diutus untuk menghadiri pertemuan rahasia, telah menjadi pengawas utama seputar masalah Arab Saudi yang diam-diam mempersenjatai (kawanan teroris takfiri di Suriah), menggantikan Bandar bin Sultan.
Menurut Ignatius, peran baru pangeran Mohammed mencerminkan keprihatinan Arab Saudi dan negara-negara lain atas makin kuatnya al-Qaida dalam tubuh pemberontak Suriah. Salah tugasnya sebagai menteri dalam negeri adalah mengkoordinasikan kontra-terorisme, dan ini membuatnya terus-menerus menjalin kontak dengan pihak CIA dan badan intelijen Barat lainnya.
Lebih jauh, ia menunjuk pada pertemuan yang digelar antara Pangeran Mohammed dan Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice guna membahas strategi ini. Kendati sumber media AS menunjukkan bahwa Obama masih bimbang terhadap eskalasi konflik di Suriah, yang dapat menyeret AS terlibat langsung.
Ignatius mengatakan bahwa para kepala intelijen Arab menuntut CIA memperbanyak jumlah teroris yang dilatih di Yordania yang selama bulan berjalan baru berjumlah sekitar 250 orang. Namun pejabat AS mengatakan bahwa mereka ingin memastikan kemampuan kelompok bersenjata itu dengan lebih dulu mengakomodasi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...