Dr. Abul Hasan Ahmadi Shahrokhti,
qari tingkat internasional dari Republik Islam Iran, pada pertengahan
Januari lalu mengunjungi Indonesia. Selama sekitar dua pekan di
Indonesia, Dr. Ahmadi-demikian beliau biasa disapa—berkunjung ke
berbagai kota di Indonesia, antara lain hadir dalam Haflah Tilawatil
Quran di Pondok Pesantren Al Ittifaqiyah Indralaya, (Ogan Ilir, Sumsel),
PP Al Muhsin (Yogyakarta ), membacakan Al Quran di Masjid At-Taubah
(Banten), serta membacakan Quran di Masjid Istiqlal Jakarta, dan
beberapa tempat lainnya.
Dalam berbagai majelis Quran itu, Dr. Ahmadi melantunkan Quran di
hadapan ribuan orang. Bahkan di PP Al Ashriyah Nurul Iman Parung
(Bogor), jamaah yang hadir sekitar 25.000 orang. Suara lantunan Quran
yang dibawakannya sedemikian indah, sampai-sampai para hadirin
berseru-seru membaca takbir dan tasbih. Aura sebagai qari dan hafiz
Quran sepertinya membuat banyak hadirin yang terpikat sehingga mereka
dengan sangat antusias mengerubuti dan menyalami Dr. Ahmadi.
Reporter Liputan Islam berhasil mewawancarai Dr. Ahmadi di sela-sela kesibukan beliau selama di Indonesia. Berikut liputannya.
Liputan Islam (LI): Bagaimana kesan Anda selama di Indonesia?
Dr. Ahmadi (A): Saya takjub sekali. Sambutan orang-orang di
berbagai tempat yang saya kunjungi, sangat luar biasa. Ini berbeda
dengan yang saya bayangkan sebelumnya. Saya dengar-dengar, orang
Indonesia antipati terhadap orang Iran. Tetapi yang saya dapati justru
sebaliknya. Saya sudah berkunjung ke berbagai negara, Asia, Afrika, dan
Eropa. Tapi di Indonesia-lah sambutan paling hangat saya dapatkan.
LI: Kami dengar disertasi Anda adalah tentang metode menghafal Quran?
A: Oh bukan. Saya memang pernah riset dan menulis tentang metode menghafal Quran, tetapi disertasi saya tentang qiraah Quran.
LI: apa gunanya kita membaca Quran dengan qiraah?
A: setiap ayat memiliki makna yang akan lebih mudah
dihayati saat dibacakan dengan irama tertentu. Misalnya, ayat tentang
keindahan dan nikmat surga, akan sangat terasa indah jika dibaca dengan
gaya Sikah. Sementara itu gaya Rast dipakai ketika
kita membaca ayat tentang keagungan Allah. Bahkan sebenarnya, dalam
ayat-ayat itu sendiri sudah terkandung nada tertentu. Misalnya, saat
membaca surah Al Aadiyah, akan terdengar seperti langkah kuda (Dr
Ahmadi mempraktekkan membaca Al Aadiyah, tanpa irama, tapi memang terasa
bahwa ketukan ayat itu seolah memperdengarkan langkah kuda.)
Iran, Jumlah Penghapal Quran Terbanyak di Dunia
Di dalam salah satu majelisnya, Dr. Ahmadi menuturkan bahwa Iran
sangat bangga atas fakta bahwa saat ini, jumlah penghafal Quran sedunia
ada di Iran. Jika ukurannya adalah banyaknya peserta lomba tahfizh Al
Quran, maka jumlah penghafal Al Quran di Iran saat ini mencapai angka
satu juta orang. Ini adalah jumlah terbanyak di dunia. Itupun, menurut
Dr. Ahmadi, masih dianggap kurang optimal. Pemimpin Tertinggi Iran,
Ayatullah Khamenei, mencanangkan gerakan 1 banding 7 penghafal Al Quran.
Maksudnya, satu dari tiap tujuh orang Iran haruslah hafal Al Quran.
Artinya, dengan jumlah penduduk 70 juta, penghafal Al Quran-nya harus
mencapai 10 juta. Untuk mencapai tujuan itu, berbagai pusat kegiatan
agama didorong dan difasilitasi untuk mencetak para penghafal Al Quran.
Bahkan di Iran, setiap penghafal 30 juz Al Quran secara otomatis akan
mendapatkan ijazah sarjana S-1 resmi dari Kementerian Pendidikan.
Hal lainnya, menurut Dr Ahmadi, yang merupakan kebanggaan Iran,
adalah rekor penghafal Al Quran termuda sedunia adalah orang Iran
bernama Muhamad Husein Thabathabai. Ia terbukti mampu menghafal Al Quran
saat usianya masih lima setengah tahun. Bahkan, di usia tujuh tahun, ia
mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Hejaz University,London,
atas prestasinya yang sangat brilyan.
Saat disinggung derasnya tuduhan bahwa Al Quran orang Iran itu berbeda, Dr. Ahmadi berkomentar singkat: “Biarlah
orang lain sibuk menuduh, sementara kami sibuk menghafal serta
menyebarkan ajaran suci Al Quran. Itulah jalan yang kami tempuh, yaitu
menjawab tuduhan dengan prestasi.”
Cara Mudah Menghafal Al Quran
LI: Terkait upaya menghafal Quran, apa saran Anda?
A: Begini, kalau kita baca ayat Quran, tidak ada
satu pun perintah menghafal Quran. Yang ada adalah ayat yang menyuruh
kita untuk intens berinteraksi dengan Al Quran: faqra’uu maa tayassara
minal Quran (Maka, bacalah apa yang mudah dari Al Quran – Al Muzammil:
20, red). Saya memaknai ayat ini, bahwa bila kita mengamalkan ayat ini,
membaca Al Quran di bagian-bagian yang mudah bagi kita, lalu dibaca
berulang-ulang, maka dengan sendirinya, kita akan bisa menghafal Quran.
Jadi, menghafal Quran tidak boleh dilakukan dengan memaksa otak bekerja
keras menghafal. Yang perlu dilakukan adalah berinteraksi dengan Quran
sebanyak-banyaknya, maka insya Allah, dengan izin Allah, kita akan
menghafal ayat itu.
Dalam bahasa Persia, istilahnya hifz syudan (menjadi hafal), bukan hifz kardan (menghafalkan dengan sengaja).
LI: Wah, apa bisa menghafal dengan “tidak menghafal”?
A: Saya sudah praktekkan, bisa. Saya juga coba
mengajarkan hal ini ke berbagai pihak. Hasilnya sangat bagus. Banyak
yang sudah mampu menjadi hafal dengan cara ini. Misalnya, ada seorang
pelajar SMP yang datang kepada saya meminta diajari metode ini. Lalu,
saya suruh anak itu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al Quran tertentu.
Saya saksikan sendiri, setelah dua jam, anak itu hafal empat halaman Al
Quran.
LI: Bisakah diperjelas lagi? Bagaimana dengan anak-anak
kecil? Bukankah di sekolah-sekolah Islam anak-anak disuruh menghafal
Quran?
A: Begini, ini berkaitan dengan metode. Jangan sampai
metode mencegah kita mencapai tujuan. Tujuan kita menghafal Quran adalah
supaya Quran menjadi petunjuk bagi kita dalam menjalani hidup. Karena
itu, yang penting dilakukan untuk anak-anak adalah pembiasaan, membaca
Quran bersama-sama, perdengarkan kaset tilawah, dongengkan tentang
cerita-cerita dalam Quran, terangkan makna ayat-ayat Quran. Nah, melalui
cara-cara ini, anak akan hafal dengan sendirinya sekaligus paham makna
ayat.
Sebaliknya, jika anak-anak dipaksa menghafal dengan target-target
tertentu, dikhawatirkan malah mereka akan sibuk dengan hafalan, bukan
pada pemaknaan. Apalagi, kemampuan anak-anak berbeda-beda. Anak yang
tidak berbakat menghafal akan terbebani. Padahal, Quran menyuruh kita
untuk ‘bacalah yang mudah…’ bukan membebani diri.
Selain itu perlu diingat, menghafal Quran itu ada banyak model. Tidak
melulu hafal secara berurutan semua ayat. Bisa saja anak menghafal
ayat-ayat Quran yang sesuai minatnya, misalnya khusus ayat-ayat tentang
akhlak. Jadi, prosesnya, anak diajak mengulang-ulang ayat-ayat yang dia
minati, tanpa dibebani menghafal. Insya Allah, dia akan hafal dengan
sendirinya.
Penting diperhatikan, pemaknaan (pemahaman) Quran harus diutamakan.
Jangan sampai kita bekerja keras menghafal Quran, tetapi pemaknaan dan
pengamalan terabaikan. Apa gunanya hafal Quran, tetapi akhlaknya tidak
Qurani?
LI: Ada metode isyarah yang dikembangkan Tabatabai. Bagaimana pendapat Anda?
A: Kalau metode itu diposisikan sebagai upaya membuat
anak-anak senang membaca Quran tentu saja bagus. Quran harus diajarkan
dengan cara menyenangkan, bukan membebani, kepada anak-anak.
LI: Dengan cara ini, berapa lama seorang bisa hafal Quran?
A: Bergantung tingkat kecerdasannya. Tapi yang penting di sini adalah konsistensi dan ketulusan niat.
LI: Tapi, berdasarkan pengalaman Anda, mungkin ada rata-rata waktu yang bisa ditempuh?
A: Pengalaman kami, jika kita konsisten membaca
berulang-ulang Al Quran, dua kali dalam sehari saja, yaitu pagi sejam
dan sore/malam sejam, itu akan membuat kita mencapai kemajuan sangat
banyak dalam menghafal Quran. Bagi orang yang cukup cerdas, proses
menjadi hafal ini bisa ditempuh dalam jangka waktu sembilan bulan.
Bahkan, pernah saya temui, ada orang yang sangat cerdas, dia bisa
menghafal Quran hanya dalam tempo 29 hari.
(dw/by/fs/liputanislam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...