Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Hari
Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan
beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal
ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya
pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ
"Sesungguhnya di antara hari kalian
yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan
diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi
kematian seluruh makhluk. . . . " (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)
Amal Khusus di Hari Jum'at
Pada
dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam
Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya
yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada
dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu
Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda;
لَا
تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا
تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا
أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ
“Janganlah
menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam
lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan
puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa
dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)
Membaca Surat Al-Kahfi
Salah
satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari
Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa
dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.
1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
"Barangsiapa
membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya
untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan
Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no.
736)
2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu,
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
"Barangsiapa
membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya
untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi:
3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar,
“Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling
kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam
Shahih al-Jami’, no. 6470)
3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ
قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ
تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Siapa
yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya
dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari
kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”
Al-Mundziri
berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam
tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al-
Tarhib: 1/298)”
Kapan Membacanya?
Sunnah
membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan
malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis.
Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi
adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai
terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm
menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam
Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam
al-Syafi'i: 1/237).
Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya:
Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam”
Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk
malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan
siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).
DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di
antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari
Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas.
(Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).
Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at
Dari
beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang
membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan
diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat,
yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan
hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya,
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
“Pada
hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang
cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)
Balasan
kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa
ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari
disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal
Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan
menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat
menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat
terakhir.
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Maka
barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal)
hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.
Imam
Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan
Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab
Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi:
6/92-93)
Imam
Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu
tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah.
Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal.
Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2011/02/03/13112/keutamaan-membaca-surat-alkahfi-pada-hari-jumat/#sthash.JHIySIQf.dpuf3 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum’at
Diantara amal yang dianjurkan untuk dikerjakan di malam atau hari Jum’at
adalah membaca surat Al Kahfi. Dalam hadits, membaca surat Al Kahfi
kadang disebutkan dengan redaksi لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ (malam Jum’at)
dan kadang disebutkan يَوْمِ الْجُمْعَةِ (hari Jum’at). Artinya, waktu
disunnahkannya membaca surat Al Kahfi dimulai dari tenggelamnya matahari
pada hari Kamis hingga sesaat menjelang matahari tenggelam di hari
Jum’at. Membaca surat Al Kahfi di rentang waktu itu memiliki keutamaan
besar.
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم قَالَ : « مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ
سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ » وفي رواية ـ من آخر سورة
الكهف ـ
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat dari bagian awal
surat Al-Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal.” Dan
di dalam riwayat lain disebutkan, “(sepuluh ayat) dari bagian akhir
surat Al-Kahfi.”
(Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no. 809, Ahmad V/196
no. 21760, Ibnu Hibban III/366 no. 786, Al-Hakim II/399 no. 3391, dan
Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no. 2344).
Berikut ini 3 diantara keutamaan membaca Surat Al Kahfi di hari Jum’at:
1. Dipancarkan cahaya pada dirinya di hari kiamat kelak, dari kaki hingga ke langit
مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
2. Diampuni dosanya antara dua Jum’at
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
3. Diselamatkan dari fitnah Dajjal
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْكَهْفِ لَمْ يَخَفِ الدَّجَّالَ
Demikian 3 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum’at, semoga semakin memotivasi kita untuk mengamalkannya.
Salah satu senjata paling ampuh dalam menghadapi Dajjal adalah hafalan 10 ayat pertama QS Al-Kahfi. Bagaimana bisa? Wallahu a’lam.
Namun, bila kita mencoba menghayati ayat-ayat ini, ada beberapa hikmah
tentang pengetahuan apa yang harus kita kuasai untuk mengidentifikasi
fitnah-fitnah Dajjal di akhir zaman ini.
Ayat 1 QS Al-Kahfi
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al
Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;
Di ayat pertama ini, Allah memberi perhatian khusus pada karakteristik Al-Quran yang tidak memiliki kebengkokan di dalamnya. Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa yang dimaksud kebengkokan di sini adalah pertentangan dan perselisihan. Di ayat ini Allah menegaskan bahwa Al-Quran yang Allah turunkan kepada Rasulullah Muhammad mutlak bersih dari kebengkokan dalam bentuk apapun (‘iwajan menggunakan bentuk ismun nakirah, umum, indefinite, bermakna segala bentuk kebengkokan).
Di akhir zaman ini, kita melihat banyak sekali upaya-upaya orang
kafir dan bahkan orang yang mengaku muslim untuk mengekspos
“kontradiksi” dalam Al-Quran. Allah Maha tahu akan hal ini. Oleh karena itu, Dia memerintahkan
rasulNya untuk memperingatkan umatnya bahwa upaya-upaya semacam ini
hanyalah omong-kosong belaka melalui petunjuk umum sebagaimana yang kita
dapat dari hadits di atas.
Selain itu, penyebutan kata ‘iwajan dalam ayat tersebut
semestinya juga memantik perhatian kita untuk lebih dalam lagi
mempelajari Al-Quran agar kita tidak termakan oleh isu “kontradiksi”
Al-Quran yang dilancarkan orang kafir. Setidaknya ketika ada pertanyaan
semacam ini, “Mana yang benar, urusan langit yang dibawa para malaikat
itu naik kembali ke Allah dalam sehari yang kadarnya sama dengan 1.000 tahun atau 50.000 tahun?” kita masih mampu menjawab dengan tepat tanpa didahului keringat dingin. Bagaimana? Anda mampu?
Ayat 2 QS Al-Kahfi
قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada
orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik,
Biasanya, tahapan pendidikan Qur’ani adalah basyiran (kabar gembira) baru kemudian nadziran (peringatan) sebagaimana dalam QS Al-Baqarah: 119. Namun, di ayat kedua QS Al-Kahfi ini tahapannya terbalik, yundzira baru kemudian yubasysyira. Peringatan lebih diprioritaskan daripada kabar gembira. Selain itu, pada yubasysyira terdapat informasi yang jelas tentang target dan kontennya: targetnya adalah al-mu’minin alladzina ya’malunash shalihat dan kontennya adalah anna lahum ajran hasana. Sementara pada yundzira tidak ada info tentang target. Yang ada hanya info konten, yaitu ba’san syadidan min ladunhu.
Jadi, selain prioritas peringatan di akhir zaman ini lebih tinggi,
targetnya pun lebih luas karena tidak dibatasi sebagaimana kabar
gembira.
Secara tersirat, kita harusnya sadar bahwa ayat ini mengindikasikan
betapa rusaknya akhir zaman (ya zaman kita ini) sampai-sampai peringatan
dan ancaman harus lebih diutamakan daripada kabar gembira. Kita, yang
hidup di akhir zaman ini, semestinya tidak boleh terlalu husnuzhzhan
terhadap apapun yang kita peroleh dari mayoritas manusia karena
sunnatullah generasi akhir zaman adalah lebih banyak rusaknya daripada
baiknya. QS Al-Kahfi: 2 ini adalah rekomendasi bagi kita, generasi akhir
zaman, agar senantiasa mempelajari Al-Quran dan lebih banyak mengingat
peringatan di dalamnya, baru kemudian kabar gembiranya.
Ayat 3 QS Al-Kahfi
مَّاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا
mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Nah, kabar gembira di ayat ini cukup sederhana. Beriman DAN beramal
shalihlah kamu, maka kamu akan kekal di dalam pembalasan yang baik,
yaitu surga. Though it’s more easily said than done, it’s indeed that simple.
Ayat 4 QS Al-Kahfi
وَيُنذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا
Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”.
Nah, ini salah satu bagian paling menarik dari fragmen surah ini,
menurut saya. Kebanyakan kita cenderung menganggap bahwa ayat ini
berbicara tentang orang Nasrani.
Coba kita
perhatikan lagi, adakah disebutkan dalam ayat ini dan ayat-ayat
setelahnya secara spesifik bahwa yang berkata, “Allah mengambil seorang
anak,” itu hanya kaum Nasrani? Tidak ada! Bahkan, nanti kita akan lihat
bahwa ayat ini juga berkenaan dengan orang-orang sebelum kaum Nasrani.
Yang sangat menarik dari ayat ini adalah betapa Allah memberi porsi
khusus untuk peringatan kepada orang-orang yang meyakini bahwa Allah
mengambil atau mengangkat seorang anak. Ayat ini, yang merupakan bagian
dari fragmen surah yang menurut Rasulullah SAW dapat
menyelamatkan kita dari fitnah Dajjal, mengindikasikan bahwa di akhir
zaman ini terdapat fitnah yang begitu besar dari sistem-sistem keyakinan
yang mengajarkan bahwa “Tuhan mengambil anak”.
Kita muslimin Indonesia sangat rentan menganggap bahwa ayat ini berbicara tentang Nasrani. Namun, bila kita perhatikan seluruh
kebudayaan musyrik di muka bumi ini, mulai dari paganisme sampai
Judeo-Christianity, mulai dari Arab pra-Islam sampai Shinto, semuanya
meyakini bahwa Tuhan telah mengambil satu atau beberapa anak! Ayat tadi
sesungguhnya sedang mengarahkan perhatian kita kepada satu karakteristik
dasar dari seluruh kesyirikan di muka bumi! Tidakkah kita
memperhatikan?
Selain itu, jika kita mau look into the big picture, akan kita dapati bahwa seluruh teologi musyrik di dunia ini memiliki satu kerangka yang sama, yaitu trinitas. Kesamaan-kesamaan ini telah diungkapkan pula di ayat berikutnya.
Ayat 4 QS Al-Kahfi
مَّا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
Perhatikan, ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang meyakini
“Allah telah mengambil seorang anak” sesungguhnya bukan kaum pertama
yang berkata demikian. Sebelum mereka, telah ada kaum lain yang meyakini
hal serupa. Abaihim di sana tidak letterlijk bermakna bapak-bapak mereka saja, tapi justru lebih luas, yaitu mencakup juga orang-orang sebelum mereka, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Jalalain. Silakan rujuk ke quran.com dan aktifkan opsi “Tafsir الجلالين” di sana.
Baik yang terdahulu maupun terkemudian, semuanya sama-sama buruk,
dusta, dan celaka. Dan, karena Rasulullah SAW sudah mengabarkan bahwa
hafalan 10 ayat pertama Al-Kahfi dapat melindungi kita dari fitnah
Dajjal, maka dapat disimpulkan bahwa semua kaum yang meyakini “Allah
telah mengambil anak” pasti punya hubungan dengan Dajjal,
baik langsung maupun tidak, baik disadari maupun tidak. Mulai sekarang,
perhatikanlah semua sistem keyakinan semacam ini dan lihatlah betapa
mereka semua sesungguhnya sedang berjalan menuju satu pusat yang sama:
penyambutan datangnya Al-Masih Ad-Dajjal.
Untuk ayat 6 sampai 8-nya, jujur, saya belum menemukan bagaimana
kaitan spesifiknya dengan fenomena fitnah Dajjal pada hari ini. Jadi, for the moment, kita langsung loncat ke ayat 9-nya saja, yak. Nggak apa-apa, yak.
Ayat 9 QS Al-Kahfi
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang
mengherankan?
Di ayat 9 ini, Allah mengarahkan perhatian kita kepada kisah Ashabul
Kahfi. Kisah ini sendiri dalam QS Al-Kahfi sebenarnya diceritakan sejak
ayat 9 ini sampai ayat 26. Namun, mengapa hanya sampai ayat 10 yang
Rasulullah sebut dapat menyelamatkan umatnya dari fitnah Dajjal?
Bagi saya, sekali lagi hanya bagi saya pribadi, ini adalah isyarat
bahwa ada beberapa karakteristik mendasar dari peristiwa Ashabul Kahfi
yang akan dialami juga oleh orang-orang beriman di masa kekuasaan Dajjal
atas umat manusia. Karakteristik yang saya maksud adalah sebagai
berikut:
- Ashabul Kahfi adalah para pemuda yang beriman kepada Allah semata di saat mayoritas penduduk negeri dan penguasa mereka menganut paganisme. Produk turunan paganisme hari ini adalah demokrasi dan agama Kristen (akar hari raya Natal disinyalir adalah hari lahir Mitras, sesembahan salah satu sekte pagan Romawi; akar hari raya Paskah/Easter disinyalir adalah pemujaan terhadap Ishtar dari Babilonia, atau Astarte dari Yunani, atau Ashtoreth dari Yahudi).
- Ashabul Kahfi tidak mampu melawan penguasa dengan tangan dan lisan. Mereka hanya mampu melawan dengan hati yang resisten. (Sekarang, siapa yang bisa menentang kebijakan uang kertas, sistem pemerintahan parlementer, pengambilan hukum dari sumber selain Al-Quran, dan legalisasi zina?)
- Ashabul Kahfi tidak dimenangkan dalam peperangan. Mereka hanya diselamatkan oleh Allah dari rencana penangkapan yang disusun Kaisar Trajan. (Saat ini pun kita tidak bisa berharap menang dari mayoritas paganis yang menguasai dunia. Kita hanya bisa berharap Allah menolong kita mempertahankan iman tauhid kepadaNya semata.)
- Ashabul Kahfi melarikan diri dan bersembunyi di gua. (Mungkin ini cara paling efektif untuk menghadapi Dajjal sistemik hari ini? Yah, kita nggak usah segitu banget juga. Maksudnya, kita “mengurung diri” di komunitas yang terpisah sama sekali dari segala hiruk-pikuk fitnah zaman ini sambil terus membangun kemandirian hidup dan kedekatan dengan Allah di komunitas ini.)
Mungkin segini saja karakteristik yang bisa saya data. Kalaupun ada
tambahan, pastinya karakteristik itu berasal dari fragmen kisah mereka
sebelum mereka tertidur. Mengapa? Karena kisah tidurnya mereka hingga
dibangunkan dan pada akhirnya meninggal sudah berada di luar rentang
ayat 1 sampai 10. Yang dikabarkan Rasulullah dapat menolong kita dari
fitnah Dajjal hanya hafalan ayat 1 sampai 10 dari QS Al-Kahfi.
Ayat 10 QS Al-Kahfi
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke
dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat
kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini)”.
Nah, ayat 10 cuma sampai sini. Cuma sampai momen ketika Ashabul Kahfi
berlindung ke dalam gua dan berdoa seperti di atas. Bagi saya, ini
adalah indikasi bahwa karakteristik fitnah yang kita hadapi di akhir
zaman ini sangat mirip dengan karakteristik fitnah di zaman Ashabul
Kahfi, TAPI mukjizatnya tidak. Kita tidak akan tertidur selama 300 tahun
Masehi dan tiba-tiba bangun di zaman Imam Mahdi, Ratu Agung, Satrio
Piningit, atau bahkan Kerajaan Tuhan 1000 tahun. Tidak. Fitnahnya
mungkin mirip, malah justru lebih parah, tapi kali ini kita akan
menghadapinya secara manusiawi, bukan dengan bantuan mukjizat,
setidaknya sampai Nabi Isa atau Yesus putra Maryam turun ke bumi.
Oleh karena itu, selagi menunggu mukjizat, yang bisa kita lakukan
hanyalah memperkuat keimanan kita sekuat mungkin, berlindung dari segala
fitnah zaman ini, sambil terus memohon kepada Allah, “Wahai Tuhan kami,
berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Hari
Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan
beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal
ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya
pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ
"Sesungguhnya di antara hari kalian
yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan
diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi
kematian seluruh makhluk. . . . " (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)
Amal Khusus di Hari Jum'at
Pada
dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam
Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya
yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada
dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu
Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda;
لَا
تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا
تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا
أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ
“Janganlah
menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam
lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan
puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa
dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)
Membaca Surat Al-Kahfi
Salah
satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari
Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa
dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.
1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
"Barangsiapa
membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya
untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan
Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no.
736)
2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu,
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
"Barangsiapa
membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya
untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi:
3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar,
“Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling
kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam
Shahih al-Jami’, no. 6470)
3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ
قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ
تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Siapa
yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya
dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari
kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”
Al-Mundziri
berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam
tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al-
Tarhib: 1/298)”
Kapan Membacanya?
Sunnah
membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan
malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis.
Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi
adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai
terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm
menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam
Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam
al-Syafi'i: 1/237).
Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya:
Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam”
Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk
malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan
siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).
DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di
antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari
Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas.
(Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).
Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at
Dari
beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang
membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan
diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat,
yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan
hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya,
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
“Pada
hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang
cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)
Balasan
kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa
ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari
disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal
Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan
menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat
menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat
terakhir.
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Maka
barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal)
hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.
Imam
Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan
Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab
Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi:
6/92-93)
Imam
Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu
tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah.
Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal.
Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2011/02/03/13112/keutamaan-membaca-surat-alkahfi-pada-hari-jumat/#sthash.JHIySIQf.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...