Dr. Kevin Barret*
Apakah Perdana Menteri Turki Recep Erdogan seorang “penteori konspirasi”?
Inilah yang diinginkan media-media besar Zionis untuk kita
percayai. Jika kita mencoba googling “Erdogan conspiracy”, maka jutaan
hasil bisa kita dapatkan dengan mudah—rata-rata pakar media dan
pengikutnya, mencaci PM Turki ini dengan istilah-istilah favorit mereka
sebagai senjata.
Kapanpun media-media itu serempak menyerukan persoalan “teori
konspirasi” maka yang perlu kita ingat adalah perkataan pembuat film
Michael Moore: “Aku tidak tertarik pada teori-teori konspirasi kecuali
yang benar-benar teori Konspirasi.”
Erdogan mengungkapkan, Israel dan boneka NATO-nyalah yang mengganggu
stabilitas Turki. Walau ia tak mengatakan hal itu secara
terang-terangan, namun pesannya terlihat begitu jelas.
Sejak Juni Terakhir, Erdogan menuduh kerusuhan di Turki disebabkan
oleh “tingkat suku bunga yang tinggi”, “tangan-tangan asing dan sekutu
mereka”. Semua orang tahu, yang ia maksud sebenarnya ialah bankir Zionis
dan boneka-boneka Turkinya. Secara terbuka ia menuding gerakan
Fathullah Golan dukungan CIA, yang menjalankan pemerintahan negara di
dalam negara Turki, sebagai agen kunci konspirasi bankir International.
Kebenaran “teori-teori konspirasi” Erdogan.
Bankir Internasional Zionis seperti biasa, menggunakan media-media
peliharaan mereka untuk memfitnah Erdogan sebagai seorang teoris
konspirasi, lalu dengan kepentingan ganda, menjalin hubungan dengan
Turki, dan mengacaukan ekonomi Turki. Dengan fitnah terhadap Erdogan dan
rusaknya ekonomi inilah, Zionis kemudian mengirim aset-aset “revolusi
warna” yang didanai Soros (dimulai dengan Golan) untuk kemudian mengirim
massa bayaran turun ke jalan atas nama kebangkitan rakyat. Rakyat yang
tertipu dan turut bergabung dengan massa ini telah mendorong Turki di
ambang kekacauan.
Ini adalah strategi yang sama yang digunakan Zionis untuk meruntuhkan Demokrasi Mesir dan puluhan negara-negara lain.
Mengapa Zionis menginginkan perubahan rezim di Turki?
Salah satu prioritas kebijakan luar negeri Erdogan sejak terpilih di
tahun 2002 adalah mengakhiri aliansi Turki-Israel. Tentu saja hal ini
membangkitkan kemarahan oposisi Zionisme Global dan agen-agennya baik di
dalam maupun di luar Turki. (Israel adalah penggerak dua gerakan,
Kemalisme dan gerakan Islam Fathullah Gullen)
Masalah Erdogan: Dalam rangka mencegah gerakan Kemalis yang
masih berada di dalam militer melakukan kudeta terhadap dirinya, maka
Erdogan harus melaksanakan politik moderat. Salah satu gestur moderasi
atas nama politik sesungguhnya adalah mencoba menjalin hubungan baik
dengan gerakan kuat Fathullah Golan dukungan Barat yang akrab dengan Zionis. Namun hubungan itu menjadi tegang dan kemudian rusak.
Perseteruan antara Erdogan dan Zionisme Global meningkat pada Mei
2010 dikarenakan dua pemicu: pertama dikarenakan dukungannya atas
Program nuklir Iran, dan lainnya dikarenakan insiden Mavi Marmara.
Isu nuklir telah menyingkirkan Israel. Dukungan Erdogan terhadap hak
Iran untuk mengembangkan energi nuklir damainya, dan pilihannya
menentang Resolusi DK PBB 1929 yang menjatuhkan sangsi atas Iran
membuat Zionist dan boneka-bonekanya, yaitu Amerika dan NATO marah.
Bersamaan dengan penentangannya terhadap sangsi atas Iran, Erdogan
mengirimkan kapal Mavi Marmara untuk mendobrak blokade Zionis atas Gaza.
Ketika secara brutal dan tanpa alasan Zionis-Israel membunuh 9
aktivis Turki dan melukai puluhan lainnya, Erdogan mengancam untuk
mendobrak blokade Gaza dengan Angkatan Laut Turkinya—yang berarti perang
antara Turki dan Israel. Namun di bawah tekanan NATO, ia dipaksa
menarik kembali pilihan Militernya. Erdogan kemudian menuntut permintaan
maaf dan investigasi PBB atas insiden ini. Namun catatan pentingnya
adalah, ia menggunakan kehebohan anti-Israel yang dipicu oleh insiden
Mavi Marmara untuk membersihkan militer Turki dari agen-agen Israel.
Hal ini membuat Zionis dan agen-agennya di Turki melawan. Tekanan
besar kemudian diciptakan untuk Erdogan. Fathullah Golan diperintahkan
CIA-Mossad untuk memulai perselisihan terbuka dengan Erdogan. Pada 4
Juni 2010 Golan dengan patuh muncul di Wall Street Journal guna
menyerang Erdogan dan mencemooh para aktivis Mavi Marmara. Golan
membenarkan hak Israel dalam aksi pembantaiannya di jalur blokade gaza,
dan mengatakan siapapun tidak berhak menggugat hal itu.
Seiring dengan kebangkitan Dunia Arab (yang kemudian ditumpangi),
Fathullah Golan dan sponsor Baratnya kemudian menekan Erdogan untuk
mendukung perang Barat meruntuhkan rezim di Libya dan Suriah. Erdogan
menolak mendukung NATO di Libya, namun menyetujui dan bahkan mendukung
tekanan NATO ke Suriah.
Kesalahan Fatal Erdogan di Suriah
Komentator-komentator media menyalahkan Erdogan atas dukungannya pada perang Barat di Suriah. Dan mereka benar; bergabungnya Turki dengan Zionis-NATO untuk berpetualang di Suriah adalah kesalahan yang mengerikan.
Erdogan melakukan kesalahan ini karena dua alasan. Pertama, ia
percaya pada Demokrasi Islam, ciri khas Turki, serta menentang
sekularisme dan kediktatoran. Inilah yang kemudian membuatnya mudah
dipengaruhi retorika demokrasi pasukan anti-Assad.
Kedua, yaitu alasan sebenarnya Erdogan bergabung dalam konflik
di Suriah adalah karena ia tidak mampu menahan tekanan politik
terhadapnya. Dan tekanan politik itu dilakukan oleh Zionis Barat melalui
wakilnya, gerakan Fathullah Golan. Golan sangat memaksakan perang atas
Suriah, membangkitkan sekterianisme di kalangan muslimin Turki dan
berusaha menghancurkan hubungan baik antara Turki dan Iran. Erdogan tak
memiliki modal politik untuk menentang Golan, bahkanpun, jika ia cukup
bijak untuk menginginkan hal itu.
Erdogan berpikir ia bisa menenangkan Golan dan Barat dengan mendukung perang mereka atas Suriah. Tanpa menyadari bahwa ia telah jatuh ke dalam perangkap.
Akhir musim panas lalu, Erdogan dengan tegas menentang kudeta Mesir
yang didukung Zionis. Sekali lagi, ia melihat dirinya sebagai pendukung
Islam dan demokrasi melawan pemerintahan diktator yang kejam. Dan sekali
lagi kolom kelima Zionis, Fathullah Golan melawan Erdogan. Kali ini
untuk benar-benar menguatkan keputusan Zionis mengusir Erdogan. Mereka
khawatir Erdogan akan membawa Turki jauh dari kendali Zionis dan
membangun bangsa anti-Zionis yang independen.
Jika Turki dan Mesir mengikuti langkah Iran menjadi negara Islam Demokrasi yang kuat dan Independen, maka Zionisme tamat sudah.
Saat saya berada di Turki pada era kebangkitan 2011, saya mengetahui
bahwa, penasihat CIA untuk Fathullah Golan, Graham Fuller mengunjungi
wartawan-wartawan ternama Turki setelah serangan 2001 di New York dan
Washington, kemudian mengancam mereka dengan konsekuensi-konsekuensi
berat yang harus mereka terima jika berani bertanya mengenai cerita
sebenarnya di balik 9/11.
Graham Fuller, agen CIA yang mengeluarkan ancaman tersebut memiliki
seorang putri yang menikahi Ruslan Tsarnaev. Paman dari agen CIA
tersangka dalam kasus International pemboman Maraton Boston.
Graham Fuller membawa Golan ke Pennsylvania dan membantunya membangun
pusat pemerintahan di sana. Jika kalian tidak berpikir bahwa Golan
adalah agen CIA-Mossad, maka otak kalian harus diperiksa.
Apakah semua yang ada di artikel ini hanyalah sebuah “teori konspirasi”? Apakah saya, sama seperti Perdana Menteri Erdogan, adalah seorang “penteori konspirasi”?
Ini bukanlah konspirasi, ini semua benar-benar terbuka.
Saat kalian melihat seluruh media Zionis memberitakan berita yang
sama, menyebarkan istilah “penteori konspirasi” pada target yang sama,
maka yakinlah bahwa orang yang mereka katakan sebagai “penteori
konspirasi” itu sedang mengungkapkan kebenaran.
Dr. Kevin Barret, seorang Ph.D. Islamologi-Arab, adalah seorang
Amerika yang terkenal sebagai kritikus ‘perang melawan terror’. Dia
mengajar di berbagai universitas di San Fransisco, Paris, dan Wisconsin.
Saat ini ia bekerja sebagai penyelenggara organisasi nirlaba, penulis,
dan narasumber radio dan televisi.
Source : liputanislam.com/veteranstoday.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...