Wartawan Press TV yang melaporkan langsung di medan
pertempuran menyebutkan upaya penyusupan tersebut terjadi di Distrik Al
Qadam, di sebelah selatan Damaskus. Sejumlah besar pemberontak berupaya
menguasai jalan raya yang menghubungkan Damaskus dengan perbatasan
Yordania. Namun berkat informasi inteligen yang diterima sebelumnya,
militer Suriah berhasil melakukan serangan dadakan terhadap mereka. Usai
pertempuran, demikian laporan Press TV, lebih dari 100 mayat
pemberontak bertebaran di sekitar lokasi pertempuran. Selain menewaskan
dan melukai sejumlah besar pemberontak, militer Suriah juga berhasil
merampas sejumlah besar senjata seperti senapan mesin, senjata laras
panjang, peluncur roket hingga mortir milik pemberontak.
Komandan militer yang memimpin operasi penyergapan mengatakan kepada Press TV bahwa pemberontak juga menggunakan bom-bom mobil dalam serangan tersebut.
Baru-baru ini berbagai media massa internasional melaporkan bahwa
pemberontak menggunakan amphetamine, yang di banyak negara digolongkan
sebagai obat terlarang, untuk menjaga stamina mereka. Kelompok-kelompok
pemberontak yang terafiliasi dengan jaringan terorisme Al Qaida
disebut-sebut juga menggunakan berbagai jenis obat-obatan secara
ekstensif untuk menambah stamina anggota-anggotanya. Obat-obatan itulah
yang dipercaya turut “membantu” para pemberontak untuk dapat melakukan
berbagai tindakan ekstrim.
Dalam wawancara dengan media Argentina Clarin bulan Mei
tahun lalu, Presiden Bashar al Assad mengatakan bahwa teroris dari 29
negara telah terlibat dalam peperangan melawan pemerintah Suriah.
Sementara lembaga kajian militer Inggris IHS Jane’s menyebutkan
dalam laporannya September tahun lalu bahwa lebih dari 100.000
pemberontak dari berbagai negara berada di Suriah. Mereka terbagi dalam
sekitar 1.000 kelompok. Sekitar 10.000 di antaranya tergabung dalam
kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...