Istilah takfirisme atau takfiriah, akhir-akhir semakin sering
terdengar. Prahara di Suriah dan juga kisruh politik di Mesir melibatkan
sejumlah aktor. Kelompok takfiriah disebut- sebut sebagai salah satu
aktor utama. Bahkan ada sejumlah kalangan yang menengarai adanya
infiltrasi ideologi kelompok ini ke dalam gerakan-gerakan Islam di
Indonesia.
Takfirisme atau takfiriah adalah sebuah gerakan yang bercirikan
sangat mudahnya menjatuhkan vonis kafir kepada kelompok lain. Gerakan
ini sebenarnya berakar jauh sejak masa kekhalifahan Imam Ali bin Abi
Thalib. Saat itu, muncul sebuah kelompok bernama Khawarij.
Secara
politis, mereka berposisi sebagai blok ketiga yang mereaksi dua kubu
yang berseteru, yaitu kubu Ali bin Abi Thalib sebagai pemerintah yang
berkuasa dan kubu Muawiyah yang mengobarkan perlawanan oposisional.
Dalam pandangan politik Khawarij, Ali dan Muawiyah sama-sama keliru dan
tidak punya legitimasi otoritatif untuk berkuasa atas ummat Islam. Kalau
kita kaji secara kultural, sejarah mencatat bahwa fenomena
“Khawarij-isme” adalah transformasi dari nilai-nilai hidup suku-suku
nomaden Arab Badwi, dengan segala macam cirinya yaitu passionate, keras,
tak kenal kompromi, simplistis, mandiri, dan ekslusif.
Untuk menegaskan identitas kelompoknya, Khawarij juga membuat
sejumlah rumusan teologis. Ada tiga pilar penting dalam formula teologis
Khawarij yang membuat kelompok ini terlihat unik dibandingkan dengan
aliran-aliran teologis lainnya. Pertama, parameter keimanan yang sangat
elitis. Bagi mereka, keimanan bukan hanya sebatas konfirmasi-verbal
(tashdiq), melainkan juga harus dalam bentuk amal perbuatan. Seseorang
baru disebut beriman jika ia sudah mengimplementasikan keimanannya itu
dalam bentuk amal-amal ibadah secara komprehensif. Dari sisi ini,
pengucapan dua kalimah syahadat bukan penanda keberimanan seseorang. Di
sisi lain, seorang Muslim akan berubah status menjadi kafir ketika ia
secara sengaja melanggar salah satu perintah Allah. Orang Islam yang
tidak melaksakan shalat dihukumi kafir, bahkan murtad.
Kedua, penafsiran formalistik-tunggal atas segala macam teks agama.
Dalam pandangan Khawarij, teks-teks agama harus difahami secara
harafiah. Tidak ada ruang bagi siapapun untuk menafsirkan maksud lain
dari redaksi ayat-ayat Alquran dan Alhadis. Salah satu konsekwensi logis
dari prinsip ini adalah paham anthromorphisme, sebuah keyakinan bahwa
Tuhan itu Zat yang bermateri (tajassum). Keyakinan ini muncul karena,
misalnya, redaksi Alquran atau hadis menyatakan adanya ‘tangan Tuhan’.
Prinsip ini membuat Islam menjadi agama yang sangat kaku karena diikat
oleh penafsiran tunggal, yaitu penafsiran harafiah.
Kombinasi dari kedua prinsip di atas melahirkan prinsip unik ketiga
kelompok Khawarij, yaitu takfiriah. Istilah ini merujuk kepada perilaku
sangat mudahnya menjatuhkan vonis kafir dan sesat kepada siapapun yang
berada di luar kelompok mereka. Prinsip “amal-ibadah sebagai parameter
keimanan” membuat keimanan menjadi sangat elitis. Hanya orang-orang yang
telah mengimplementasikan keimanan itu dalam bentuk beramal ibadah
secara komprehensif yang layak menyandang predikat Mukmin. Sebaliknya,
kekufuran adalah hal yang sangat lumrah. Dalam kelompok ini, memberi
stigma “kafir” kepada orang lain menjadi common behaviour.
Di sisi lain, prinsip penafsiran agama secara formalistik dan tunggal
membuat amal ibadah yang menjadi parameter keimanan itu menjadi sangat
sempit dan terbatas. Meskipun Anda orang yang sangat taat beribadah,
akan tetapi jika amal ibadah Anda terindikasi berbeda dengan apa yang
dipahami oleh kelompok Khawarij, Anda tetap saja akan dihukumi kafir.
Apakah Khawarij hanyalah fenomena sejarah yang sudah menjadi fosil?
Banyak kalangan yang menengarai sekaligus mengkhawatirkan bahwa kelompok
ini tidak mati, melainkan bertransformasi menggunakan nama dan baju
yang berbeda. Namun, prinsip-prinsip uniknya tetap sama dengan
leluhur-ideologisnya: parameter keimanan yang elitis dan penafsiran
formal-tunggal atas teks-teks agama.
Takfiriah bagaikan api yang bisa menjilat siapa saja, bahkan termasuk
si pelaku (orang yang mengkafirkan pihak lain) sendiri. Kasus keluarnya
fatwa pengkafiran terhadap orang yang memiliki keyakinan heliosentris
(bahwa bumi mengelilingi matahari) oleh para ulama Wahabi adalah
contohnya. Berdasarkan penafsiran yang formalistik-tunggal terhadap
sejumlah ayat Alquran dan Alhadis, Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh Ibnu
Baz, Syaikh Muqbil dan Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh, dalam
kesempatan yang berbeda-beda, menyampaikan fatwa bahwa mataharilah yang
mengelilingi bumi. Siapa saja yang meyakini sebaliknya (bumi yang
mengelilingi matahari), jatuhlah hukum kafir kepada orang tersebut.
Dengan penetapan syarat yang luar biasa ketat atas status keimanan
tersebut, takfiriah betul-betul mempreteli status keimanan dari siapa
saja, termasuk dari diri mereka sendiri. Bisa dibayangkan, ilmuwan atau
akademisi dari kalangan Wahabi pun bisa disebut kafir kalau mereka
mempertahankan keyakinan imiah bahwa bumilah yang mengelilingi matahari.
Inilah agaknya maksud dari hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
terkait kehati-hatian dalam memberi stigma kafir kepada orang lain. “Laa
yarmii rajulun rajulan bil fusuq wa laa yarmiihi bil kufr illa irtaddat
‘alaihi in lam yakun shaahibuhu kadzaalik”. Jika seseorang menjatuhkan
vonis fasik atau kafir kepada orang lain, vonis itu akan berbalik kepada
si penuduh, manakala ternyata tuduhan itu keliru.
Sangat disayangkan bahwa fenomena takfiriah dengan segala
absurditasnya ini semakin marak di tanah air kita. Dalam beberapa dekade
terakhir ini, ghirrah kebangkitan Islam yang melanda masyarakat
Indonesia berimpitan dengan masuknya prinsip-prinsip teologis Khawarij.
Passionate yang bergelora adalah sebuah kemestian bagi kebangkitan
Islam. Akan tetapi, jika hal itu dibarengi dengan takfiriah, kebangkitan
yang dicita-citakan dipastikan hanya akan menjadi mimpi. Peradaban
Islam tak mungkin dibangun dengan watak pengkafiran yang membabi-buta,
yang apinya bisa menjilat diri sendiri.
(Ditulis Otong Sulaeman, mahasiswa S3 Unpad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...