Reporter Liputan Islam, Zainab Zilullah, berkesempatan mewawancarai Dr
Joserizal untuk mengetahui lebih jauh tentang aktivitasnya dan
perkembangan konflik Palestina.
LiputanIslam (LI): Sejak kapan Bapak mulai aktif dalam upaya kemanusiaan di Palestina? Apa motivasi Bapak?
Joserizal Jurnalis (JJ): Saya berbuat aksi riil
untuk Palestina dimulai sejak tahun 2009 awal, tepatnya setelah
penyerangan Israel ke Gaza pada 28 [Desember 2008—red] malam. Pada hari
penyerangan tersebut, saya ditelefon (dihubungi) oleh Ibu Menkes
[Menteri Kesehatan RI, Siti Fadhillah Supari—red] pada waktu itu. Saya
menyarankan agar kita tidak mengirimkan bantuan uang. Tapi, sebaiknya
kita mengirim bantuan dan tim medis ke Palestina karena hasilnya jauh
lebih bagus. Kita juga sebaiknya langsung memberikan bantuan tersebut
kepada rakyat Palestina, tidak melalui lembaga-lembaga Internasional.
Menurut saya, harus ada bendera Indonesia untuk menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia peduli dengan bangsa Palestina.
Alhamdulillah Ibu Menteri setuju; bayangkan, tanggal 28 penyerangan,
pada tanggal 1 [Januari 2009—red] kita sudah berangkat. Jadi, sangat
cepat langkah yang dilakukan oleh kita. Saya respect terhadap pejabat
negara seperti itu, Ibu Menkes sangat tanggap. Pada akhirnya, kita
membentuk tim dari berbagai kalangan, seperti NU, Muhammadiyah,
wartawan, kalangan medis dan lainnya. Bantuan diberikan ke Yordan
melalui Tepi Barat. Saya menyarankan Pak Rustam Papaya, ketua tim pada
waktu itu, agar mengupayakan bantuan disampaikan langsung ke Gaza atau
perbatasan. Oleh karena itu, kita melobi pemerintahan Mesir agar bisa
sampai di perbatasan Gaza.
Alhamdulillah, kita bisa menyerahkan bantuan kenegaraan secara resmi
melalui Mesir ke Gaza. Kita merupakan satu-satunya yang menyerahkan
bantuan kenegaraan resmi dan tim medis yang bisa masuk membawa nama
negara. Memang banyak grup-grup dari berbagai negara, tapi hanya
Indonesia, mungkin juga tim dokter dari Syria, dalam hal ini, MER-C yang
mewakili negara. Nah, sejak itulah kita mulai berkiprah masuk ke Gaza.
LI: Mengapa rakyat Indonesia harus membantu Palestina?
Bukankah kondisi Indonesia masih banyak problem (banyak orang-orang
memerlukan bantuan), apalagi pada konteks kekinian?
JJ: Dalam hidup bertetangga di dunia, kita
tidak bisa menyatakan bahwa kita yang paling menderita; maksud saya
dalam ber-internasionalisasi di dunia. Palestina jika dilihat dari segi humanitarian act memang harus dibantu; the most neglected dan the most vulnerable,
terutama di Gaza. Secara kebangsaan, kita memikul amanat pembukaan
konstitusi, yaitu, “kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Pembukaan
UUD 1945 mengindikasikan semangat anti-penjajahan. Pada masa ini,
Palestina adalah satu-satunya bangsa yang masih dijajah (pada abad 21
ini).
Indonesia merupakan negara pelopor Gerakan Asia-Afrika, salah satu
semangatnya adalah memberantas penjajahan. Nah, negara yang belum
merdeka setelah Gerakan Asia-Afrika terbentuk adalah Gaza, Palestina.
Sebagai Muslim, kita memiliki amanah yang lebih, selain amanah
konstitusi, yaitu amanah Masjid al-Aqsha. Masjid tersebut harus berada
di tangan kaum Muslimin. Kita seharusnya bisa masuk Masjid al-Aqsha
secara bebas, tanpa dihalang-halangi, dan check point. Tidak seperti sekarang ini, Muslim harus melalui check point yang luar biasa; pada intinya kita tidak bebas.
Sementara, bagi masyarakat dunia, perjuangan ini diperlukan untuk
melawan penjajahan dan semangat pembebasan Yerussalem. Yerussalem
merupakan kota tiga agama, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi; tidak buat
Zionis, ini harus digarisbawahi. Berbeda antara Zionis dan Yahudi.
Seperti diagram Venn, Zionis adalah bagian kecil (irisan) dari Yahudi.
Kita menggarisbawahi Zionis karena orang-orang Yahudi yang memiliki
pemahaman politik Zionis itu sangat chauvinistic, tidak bisa
menerima nilai-nilai peradaban manusia. Itu bisa terlihat dari statement
Ariel Sharon yang sangat kasar, “Jika saya bertemu orang Arab, maka
akan saya bakar.” Intinya ingin membunuh orang Arab. Bayangkan bila
seorang pemimpin negara berprinsip seperti itu! Itu kan sangat berbahaya
karena mengorbankan semangat kebencian kepada tetangga-nya dan semangat
eksklusivisme yang luar biasa. Bagaimana ia bisa hidup berdampingan
dengan negara lain? Dia menganggap boleh menyerang orang lain, walaupun
masih potensial menjadi musuh. Ia juga membolehkan membunuh orang lain
(musuhnya).
Contoh, penyerangan reaktor nuklir Iran, pembunuhan lawan-lawan
Zionis di luar negeri (seperti orang-orang Palestina di negara Teluk).
Ini kan berbahaya; mereka menyerang negara orang lain, menyerang kapal
orang lain, seperti USS Liberty. Jadi, prinsip-prinsip yang dianut
Zionis, seperti we are the chosen people, we have the promise land, we have right to perform pre-emptive strike, we have right to go back home sangat berbahaya.
LI:
Kita melihat di berita, banyak orang yang menyatakan, “Sesama Palestina
saja gontok-gontokan, seperti Hamas dengan Fatah dan lainnya. Apa
urgensi kita membantu mereka?” Bagaimana menurut pandangan Bapak?
JJ: Tidak, menurut saya tidak seperti itu.
Mereka gontok-gontokan kerena manipulasi. Tapi, yang kita lihat di luar
konteks itu, bahwa mereka dijajah dan tanah mereka diambil. Nah, kita
yang memberikan penyadaran kepada mereka. Hai, tanah kamu diambil, kamu
berhak merdeka! Kita ingatkan Israel juga, kalian jangan gontok-gontokan
lagi! Jadi, kita care dengan persoalan Palestina bukan karena
orang-orang Palestina itu mulia, tapi karena mereka terjajah. Jadi, kita
melihat dari aspek kemanusiaannya. Mereka gontok-gontokan karena
dimanipulasi oleh orang lain, jadi kita harus menyadarkan mereka.
LI: Pada hari Senin (20/1/2014), menteri Luar Negeri Amerika
Serikat, John Kerry akan memulai lawatanya ke Timteng untuk menawarkan
dokumen kesepahaman antar kedua belah pihak. Apakah langkah ini bisa
menjadi angin segar bagi perdamaian Palestina dan Israel?
JJ: Begini, Amerika adalah negara besar,
tetapi Amerika diperalat. George Washington dan Benjamin Franklin pernah
mengingatkan ini bagaimana bahayanya ‘Jews’. Mereka tidak
menyebutkan Zionisme pada waktu itu, tapi Jews di sini artinya konsep-konsep Freemason.
menyebutkan Zionisme pada waktu itu, tapi Jews di sini artinya konsep-konsep Freemason.
Amerika ini negara yang diperalat, terlihat dari lambang mata
uang-nya dan bank central-nya yang ternyata bukan milik negara, tapi
milik swasta. Jelas mereka sangat dependen terhadap finance-nya. Kita
tahu bahwa yang menghasilkan keuangan adalah orang-orang Freemason.
Akhirnya, di Amerika terbentuk the Shadow Government (Pemerintah
Bayangan) yang sebenarnya mengatur Pemerintah. The Shadow Government
terdiri dari orang-orang di sekitar Presiden atau Kongres dan Senat.
Mereka menciptakan lembaga lobi-lobi.
Sebenarnya Obama memiliki modal dukungan civil society yang kuat.
Tapi, Amerika jika dilihat struktur pemerintahannya, ada Senat dan
Kongres yang bisa menyandera Presiden. Makanya, pada waktu itu ada
“Government Shut-Down”. Mengapa itu terjadi? Tidak semata-mata faktor
ekonomi jika kita liat urutannya. Mereka menginginkan agar Obama
melakukan serangan ke Syria melalui beberapa peristiwa-peritiwa seperti
senjata kimia.
Namun, Obama pada detik-detik terakhir membatalkan serangan itu.
Walaupun tentara Amerika sudah berada di Laut Tengah. Para Zionis
kecewa, Bandar bin Sultan [pejabat intel Saudi Arabia—red] pun kecewa.
Karena Sultan ngambek, sampai-sampai John Kerry harus berangkat ke Saudi
untuk membujuk Bandar bin Sultan. Karena peristiwa Ghouta itu tidak
bisa dijadikan peristiwa kemanusiaan untuk menjadi alasan penyerangan
Syria. Urutannya tersembunyi seperti itu.
Makanya, Obama dikerjain dengan persoalan itu, seperti lewat Obama
Care; makanya ada Government Shut-down. Jadi, mayoritas persoalan
Amerika adalah terkait persoalan Timteng. Amerika telah dibajak oleh
para Zionis. Ini harus diketahui oleh rakyat Amerika. Amerika itu
memiliki negara, tapi dibajak oleh Zionis. Makanya, saya tidak membenci
Amerika, dalam kaitannya dengan kasus Timur Tengah. Justru saya kasihan
dengan Amerika karena dibajak/ ditunggangi seperti kuda oleh Zionis.
Kasihan kepada rakyat Amerika, tapi pada pemerintahannya saya kesal
karena kebodohan mereka.
LI: Jadi, menurut Bapak, lawatan John Kerry tidak akan berdampak apa pun terhadap perdamaian Palestina dan Israel?
JJ:Tidak akan berdampak apa pun, kalau
diibaratkan permainan main bola, itu seperti gaya Barcelona—itu gaya
tikitaka saja. Tidak ada yang signifikan karena negara mereka dibajak
oleh Zionis. Rakyat Amerika seharusnya menganggap penting perlawanan
terhadap Zionis agar menjadi sebuah bangsa yang makmur, maka mereka
harus fight mengamankan/ melindungi pemerintahannya.
LI: Apakah MER-C masih menyalurkan bantuan (amanah) dari rakyat Indonesia, serta mengirim relawan ke Palestina?
JJ: Ya, para relawan kami masih ada di
Gaza, Palestina. Kami pun masih mengirimkan bantuan yang diamanahkan
rakyat Indonesia ke Gaza.
RS Indonesia di Gaza |
LI: Bagaimana perkembangan pembangunan RS Indonesia di Gaza?
JJ: Insya Allah, rencananya pembangunan RS Indonesia akan selesai pada bulan Maret 2014.
LI: Apakah melibatkan putra-putra bangsa?
JJ: Oh iya, RS ini dirancang oleh divisi teknik dan konstruksi
kita. Awalnya, pembangunan RS Indonesia kita tenderkan untuk membuat
pondasi pada sebuah perusahaan di Gaza. Tapi pada tahap kedua, tahap mechanical-electric-architecture, relawan kita yang mengerjakan. Jadi, semuanya dari Indonesia; benar-benar RS Indonesia, dana pure
dari Indonesia (dana dari rakyat Indonesia), dan mayoritas tenaga kerja
adalah orang Indonesia (terlebih pada tahap kedua ini). Insya Allah
Feb-Maret 2014 sudah selesai, tapi kita tinggal mencari alat-alat untuk
RS.
LI: Bagaimana proses pengiriman peralatan dan bantuan yang
dibutuhkan untuk pembangunan RS Indonesia, terlebih pada saat Gaza
diblokir?
JJ: Kita harus melobi pemerintahan Mesir.
Saya tahu hubungan antara Mesir dan Hamas tidak sehat . Pemerintah Mesir
curiga pada Hamas karena terjadi kerusuhan di Sinai. Mereka menganggap
Hamas membantu kelompok-kelompok yang bertikai di sana. Jadi, kita
berada pada posisi yang sulit. Kita ingin membantu Gaza terlepas dengan
persoalan politik ini. Nah, dalam hal ini, kita harus mengingatkan
Pemerintahan Mesir. Hai, kami perlu bantuan anda supaya RS Indonesia
cepat selesai! RS ini untuk rakyat Gaza; bukan buat Hamas, tapi rakyat
Palestina. Kebetulan Hamas sebagai Pemerintah yang berkuasa saat ini
(pelaku pemerintah) di Palestina. Jadi, it is from the people of Indonesia to the people of Palestina. Itu pesannya adalah pesan kerakyatan bukan kenegaraan karena tidak ada dana negara atau asing dalam proyek ini; pure dari rakyat Indonesia.
LI: MER-C bergerak pada awalnya atas pesan dari Kementerian
Kesehatan. Nah, sekarang apakah masih menjalin kerja sama dengan
Kementerian Kesehatan, terutama terkait dengan dana?
JJ: Hehe, kita dikibulin oleh Kementerian
Kesehatan setelah Ibu Siti Fadhilah. Jadi, kita tidak menjalin kerja
sama dengan Kementerian Kesehatan RI.
LI: Apa tidak kuatir sia-sia? Bukankah selalu ada resiko RS itu dibom Israel?
JJ: Kalau kita takut dibom oleh Israel,
maka kita tidak akan membantu rakyat Palestina. Kita lihat saja apa yang
akan dilakukan oleh Israel. Tapi, saat ini dunia telah berubah. Apabila
Israel membom RS, maka sejarah akan mencatat peristiwa tersebut. Israel
pernah membom RS yang dibuat oleh uang rakyat Indonesia; itu akan
tercatat oleh sejarah. Maka, semua orang di dunia ini akan tahu. Itu
akan membuat politik belas kasihan yang dibangun Zionis selama ini,
yaitu peristiwa Holocaust, akan hilang. Secara rasional mungkin, tapi
kita tidak takut dengan resiko itu; ya lillahi ta’ala.
Saya yakin itu akan tercatat dalam sejarah, terlebih
dana yang terkumpul untuk pembangunan RS Indonesia mayoritas berasal
dari dana rakyat kecil dan menengah. Karena kalangan menengah ke atas/
konglomerat tidak menyumbang ke MER-C. Jadi, ini merupakan semangat
rakyat Indonesia.
LI: Berapa budget yang sudah dikeluarkan untuk pendirian RS Indonesia?
JJ: Mungkin hampir 40 Miliar; maksud saya, selesai pembangunan
RS Indonesia memakan biaya 40 Miliar. Dana kita baru sekitar segitu,
tapi untuk alat-alat kesehatan justru belum ada dananya.
LI: Lalu, bagaimana dengan para relawan yang dikirim ke Gaza?
JJ: Relawan kita kirim ke sana, tapi kita tanggung keluarganya.
LI: Apa himbauan Bapak kepada rakyat Indonesia terkait dengan urgensi uluran bantuan bagi rakyat Palestina?
JJ: Pertama, ini merupakan amanah konstitusi. Kedua, ini merupakan amanah kemanusiaan. Ketiga, ini adalah amanah al-Aqsha.
LI: Menurut Bapak, apa yang harus kita lakukan sebagai umat
Islam menanggapi atau berperan aktif dalam penyelesaian konflik antara
Palestina-Isael ini?
JJ: Kita harus bergandengan tangan dengan masyarakat
internasional untuk mengeluarkan Zionis dari al-Aqsha. Menurut saya,
tidak mungkin Zionis bergandengan tangan dengan orang lain karena konsep
mereka sangat eksklusif. Jadi, seperti konsep “two-state solution” itu impossible.
Kita harus meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Zionis itu berbahaya,
tidak hanya bagi orang lain, tapi juga bagi orang Yahudi sendiri. Ini
buat kami, anda, dan manusia. Anda (orang-orang Yahudi) berhak tinggal
di Yerussalem dan Palestina, tapi tidak bagi Zionis karena mereka sangat
eksklusif.
Source
http://liputanislam.com/wawancara/joserizal-jurnalis-amanah-al-aqsha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...