Dalam
terminologi agama, fitnah itu memiliki dua pengertian. Pertama, berarti
tuduhan-besar tanpa fakta. Kedua, berarti situasi kacau yang menekan.
Fitnah dalam pengertian yang pertama dipastikan akan menimbulkan fitnah
dalam pengertian kedua. Tuduhan palsu pastilah menekan di tertuduh.
Karena itu, seorang manusia yang normal tentu tak suka difitnah. Tak ada
yang suka dituduh sebagai pembunuh atau mencuri, ketika ia memang bukan
pelakunya.
Fitnah jelas bertentangan dengan kebaikan, sekaligus bertabrakan
dengan sejumlah pilar etika dalam Islam. Bahkan, dalam sejumlah
literatur Islam, dikatakan bahwa keburukan fitnah lebih dahsyat (asyadd)
daripada pembunuhan. Fitnah memang bisa membunuh karakter,
menghancurkan reputasi yang sudah dibangun bertahun-tahun, mengancam
kehidupan ekonomi (fitnah bisa membuat seseorang kehilangan pekerjaan),
menyuburkan dendam kesumat, serta mengancam keselamatan jiwa. Yang
terancam bukan hanya jiwa orang yang difitnah, melainkan juga keluarga
dan kelompok. Itulah mungkin makna dari pernyataan Allah bahwa fitnah
lebih kejam daripada pembunuhan.
Fitnah memang menakutkan. Sejarah mencatat bagaimana fitnah telah
mencabik-cabik persatuan dan melemahkan ummat Islam. Bagaimana pula
ribuan nyawa manusia melayang gara-gara fitnah. Lihatlah berbagai macam
perang saudara yang terjadi di abad pertama sejarah Islam. Semuanya
meletup menyusul adanya tuduhan yang dilontarkan.
Sebagian dari fitnah itu tetap menjadi misteri. Tapi sebagiannya lagi
kemudian terungkap. Tapi, seandainyapun terungkap, prosesnya
berlangsung sangat lama,sehingga banyak di antaranya terasa sia-sia
karena sang tertuduh keburu meninggal, sebelum namanya sempat
direhabilitasi. Benar-benar membuat miris!
Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ini, ada fenomena yang
sangat menarik untuk dicermati. Perkembangan teknologi informasi membuat
fitnah tersebar luas dengan sangat masif dan cepat. Namun, di saat yang
sama, orang-orang pun berkesempatan mencari kebenaran dengan sangat
mudah. Misalnya, foto-foto atau video yang menunjukkan “kekejaman Rezim
Asad” dengan segera terlacak kepalsuannya. Begitu juga dengan foto atau
video palsu tentang ritual-ritual sesat Syiah. Proses pengungkapannya
bahkan bisa berlangsung dalam hitungan menit atau bahkan detik.
Mungkin ini bisa menjadi tafsiran baru dari hadis Baginda Nabi yang berbunyi: “Laa tukrihul-fitnata fi aakhiriz-zamaan, fa innahaa tubiirul-munaafiqiin
– Janganlah engkau membenci fitnah di akhir zaman, karena fitnah itu
sesungguhnya malah menampakkan keburukan orang-orang munafik.”
Fitnah memang keburukan yang harus dibenci dan dilawan. Akan tetapi,
siapapun yang terkena fitnah di zaman sekarang ini, mestinya tidak
terlalu bersedih. Kini, berkat kemajuan teknologi, berita-berita dusta
yang dilontarkan orang-orang munafik (yaitu orang yang secara lahiriah
menunjukkan keislamannya, tetapi batinnya adalah budak hawa nafsu dan
setan), dengan akan segera terungkap.
Source : liputanislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...