Senin, 24 Maret 2014

Eric Sommer: Tangan Jurnalis Media Barat "Berlumuran Darah"

Tangan-tangan media berlumur darah (http://www.sowetanlive.co.za)
Tangan-tangan media berlumur darah (http://www.sowetanlive.co.za)
(Berikut adalah petikan surat seru jurnalis kawakan, Eric Sommer, yang dialamatkan kepada para koleganya yang bekerja di media massa utama yang selama ini menjadi corong kepentingan AS dan Barat)

Wahai jurnalis media massa AS, tangan sebagian besar kalian yang menulis di CNN, Fox News, New York Times, dan Washington Post berlumuran darah. Mulanya ini mungkin terdengar berlebihan, tapi kalian terlibat dalam pembunuhan massal.

Ingatkah kalian terhadap sidang Nuremberg terhadap para penjahat perang Nazi pada akhir Perang Dunia II? Saat itu jaksa penuntut dengan kuat berpendapat bahwa para jurnalis yang menggunakan propaganda untuk menjadikan masyarakat menerima kejahatan perang itu sendiri juga bersalah atas kejahatan tersebut.

Selama berangsungnya perang Irak--perang agresi tak beralasan--banyak dari kalian mengulang tanpa henti, tanpa kritik atau keraguan yang semestinya, klaim palsu rezim Bush bahwa ada senjata pemusnah massal di Irak, dan entah bagaimana, invasi militer itu dibenarkan.

Dengan membantu memproduksi persetujuan publik terhadap perang itu, dan mengintimidasi lawan perang, kalian terlibat dalam mengirimkan ribuan lelaki dan perempuan muda Amerika ke luar negeri untuk membunuh dan dibunuh, ribuan dari mereka tewas, puluhan hingga ratusan ribu terluka atau secara mental mengalami trauma, belum lagi lebih satu juta warga Irak tewas akibat perang.

"Dalam Enam Bulan Menuju Invasi", komentator sosial terkenal Bill Moyers mengatakan, "Washington Post akan mengeditorialkan dukungan terhadap perang sedikitnya 27 kali."

Di antara lusinan kolumnis berita media massa yang menyiapkan [dukungan] masyarakat terhadap perang adalah kolumnis Washington Post, Charles Krauthammer, yang bahkan berpendapat bahwa invasi Irak akan membawa demokrasi ke Timur Tengah.

Wakil presiden Wall Street Journal dan halaman editorial Paul Gigot, mengatakan kepada publik, "Pasukan Koalisi akan menemukan senjata mematikan dan membahagiakan rakyat Irak... Ketika mereka membebaskan negara ini."

Fred Barnes, kontributor Fox News, menyatakan bahwa Irak memiliki, "Senjata pemusnah massal, terdapat kendaraan pengiriman, dan itu disebut teroris, itu disebut al-Qaeda."

Tentu saja, tak ada senjata pemusnah massal atau teroris al-Qaeda di Irak, dan kehadiran al-Qaeda di Irak saat ini hanyalah *konsekuensi" dari kehancuran dan destabilisasi akibat invasi.

Sekarang banyak dari kalian yang bekerja untuk media massa korporasi lagi-lagi melakukan itu--mengutuk Rusia dan Putin, menyiapkan publik untuk menerima kebutuhan 'menghukum iblis'. Propaganda kalian menyembunyikan fakta bahwa dua partau neo-Nazi, Svoboda dan Sektor Kanan, telah menguasai militer dan aparat keamanan Ukraina--mereka sekarang para menteri departemen-departemen tersebut--melalui perebutan kekuasaan dengan cara kekerasan dari tangan pemerintah yang terpilih secara demokratis.

Kalian mengabaikan fakta bahwa Rusia memiliki pangkalan militer dan berdasar perjanjian, Rusia berhak menempatkan tentaranya di Crimea. Kalian dengan enteng menyajikan argumen pemerintah AS bahwa kesediaan Rusia untuk membantu melindungi warga Crimean dari pasukan fasis, entah bagaimana, adalah "agresi", kendati mereka tidak melepaskan satu peluru pun, dan bahwa sanksi AS atau bahkan aksi militer mungkin "diperlukan" untuk "melindungi Ukraina".

Realitas di lapangan tanpa malu-malu didistorsi oleh sejumlah besar wartawan media untuk membantu menyiapkan opini publik bagi ancaman, sanksi, atau bahkan aksi militer terhadap Rusia. The New York Times berpendapat bahwa "klaim Putin seputar ancaman langsung terhadap warga Ukraina berbahasa Rusia sebagai 'kosong'".

The Guardian Inggris mengecam salah satu pernyataan pejabat Rusia bahwa warga Ukraina berbahasa Rusia dan minoritas lainnya terancam kekuatan fasis "sebagai keliru". Ratusan artikel di media massa lainnya telah menggemakan sentimen jenis ini, seraya memberi kesan bahwa kekhawatiran Rusia tak lain hanyalah selubung bagi pencaplokan wilayah.

Kenyataannya, enam menteri dalam pemerintahan Ukraina yang tidak terpilih berasal dari dua partai fasis, Svoboda dan Sektor Kanan... Kembali ke masa Anda--menggunakan kekuatan pers--juga tanpa kritik mendukung pemerintah AS memasok senjata, pelatihan, dan uang secara besar-besaran kepada Bin Laden dan 'jihadis kekebasan' lainnya di Afghanistan. Pukulan balik dari usaha itu adalah tragedi 9/11, serta penyebaran para teroris al-Qaeda pimpinan Bin Laden yang disokong AS ke seluruh dunia.

Tanda-tanda masalah pertama dari dukungan terhadap 'para pejuang kekebasan Ukraina' sudah muncul. Beberapa anggota 'pemerintah Ukraina' yang tidak terpilih di Kiev menyerukan untuk mempersenjatai dirinya dengan senjata nuklir jika AS tidak memaksa Crimea untuk tetap menjadi bagian Ukraina. Perkembangan ini akan menempatkan senjata pemusnah massal dengan kekuatan tak terbayangkan di tangan dua partai fasis yang kini menguasai militer dan kementerian keamanan. 
 
Source : Islamtimes/IT/GR/rj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...