Presiden Vladimir Putin berpidato di depan parlemen Rusia usai resmi menerima penggabungan Crimea./*kremlin.ru |
Bersamaan dengan pesta perayaan besar-besaran
usai resmi bergabung ke Rusia di Simferopol, ibukota Crimea, Sabtu
(22/03/2014) tadi malam, Presiden Rusia Vladimir Putin melengkapi
kesuksesan itu dengan pidato bernada kemenangan.
Di hadapan anggota parleman Rusia, penguasa Kremlin itu menyatakan
telah menandatangani perjanjian penggabungan Semenanjung Crime dan kota
Sevastopol dengan Rusia dan menegaskan Crimea akan selamanya menjadi
bagian tak terpisahkan dari Federasi Rusia.
Dilansir Ria Novosti, Minggu (23/03/2014), dengan percaya
diri Putin menyebut legalisasi referendum di Crime. Di bagian lain,
Putin juga mmenjustifikasi kebijakan militernya di Crime.
“Lihatlah kami, selama pasukan Rusia ada di Crimea tidak ada seroang
pun yang mati. Ini sangat berbeda dengan opini Barat. Tanyalah, berapa
nyawa melayang akibat peluru dan rudal mereka, yang banyak menewaskan
warga sipil. Rusia tidak demikian, semua berjalan dengan baik dan ini
bukan agresi militer,” tegas Putin, yang langsung mendapat standing
applaus dari para anggota parlemen.
Dalam pidato yang disiarkan oleh semua televisi Rusia itu, Putin
mengkritik rival utamanya Amerika Serikat dengan menuding Barat
menerapkan standar ganda. Ketika Kosovo secara sepihak menyatakan
kemerdekaan dari Serbia, teriakan pemerintah Serbia terkait pemisahan
ini jelas-jelas melanggar UUD negara ini serta hukum internasional tidak
pernah didengarkan oleh Barat.
“Jika Crimea tidak ada orang yang mati, saya ingin mengingatkan
kalau rekan kita di Washington dalam kebijakan praktisnya selalu
melanggar hukum internasional dan kebijakan luar negeri mereka haus
darah, karena mereka memaksakan kehendak lewat senjata dan kekerasam,”
kritik Putin.
Menurut Putin, penguasa di Amerika selalu yakin bahwa mereka adalah
golongan terpilih dan istimewa dan merasa punya hak menentukan nasib dan
mengatur masa depan dunia.
“Kini sudah tiba saatnya Barat harus mengakui Rusia memperjuangkan
kepentingan nasionalnya dan mencantumkannya dalam agenda kerjanya di
tingkat internasional. Kami minta kalian menghormati kebijakan ini,”
lanjut Putin.
Di akhir pidatonya, Putin menegaskan Rusia tidak akan tinggal diam dengan manuver NATO hingga ke perbatasan Rusia.
“Tindakan itu adalah ancaman militer bagi kami dan Rusia tidak akan
membiarkan hal ini terus berlanjut,” tegas mantan agen dinas rahasia KGB
di era Uni Soviet itu.
Menyikapi pidato Putin, Presiden Prancis Francois Hollande, dilansir CNN, menyebut pidato itu hanya menjustifikasi tindakan tidak tahu malu Rusia menganeksasi Crimea dari Ukraina.
“Presiden Putin bebas mau bicara apa saja, namun bagi kami tindakan
atas Crimea adalah pelanggaran hukum internasional,” tandas Hollande.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dilansir NBC News, juga
mengecam pidato Putin dengan menyebut bahwa pidato itu adalah cerminan
arogansi Rusia yang dengan melanggar hukum internasional telah
menginvasi negara lain.
“AS akan makin menguatkan sanksi kepada Rusia selama negara itu tidak
membuat kebijakan yang bisa diterima oleh komunitas internasional,”
sergah Kerry.
Source : JURNAL3.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...