Presiden Rusia Akui Crimea sebagai Negara Merdeka
Presiden
Rusia Vladimir Putin telah menandatangani sebuah dekrit resmi mengakui
Crimea sebagai negara berdaulat setelah deklarasi kemerdekaan semenanjung
tersebut.
Dekrit yang ditandatangani pada Senin (17/3) dan diposting di situs Kremlin itu tampaknya merupakan langkah pertama menuju penyatuan Crimea dengan Federasi Rusia.
Menurut surat keputusan itu, Moskow mengakui Crimea sebagai negara merdeka berdasarkan kehendak rakyat Crimea.
Pada Ahad, 96,8 persen warga Crimea memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Dekrit yang ditandatangani pada Senin (17/3) dan diposting di situs Kremlin itu tampaknya merupakan langkah pertama menuju penyatuan Crimea dengan Federasi Rusia.
Menurut surat keputusan itu, Moskow mengakui Crimea sebagai negara merdeka berdasarkan kehendak rakyat Crimea.
Pada Ahad, 96,8 persen warga Crimea memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Hasil referendum tersebut telah memicu reaksi kemarahan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Washinton dan Uni Eropa akan mengambil tindakan anti-sejumlah pejabat Rusia dan pihak berwenang di Crimea.
Moskow segera mengecam langkah itu. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia
Sergey Ryabkov menggambarkan sanksi sebagai "pendekatan yang tidak
seimbang dan benar-benar mengabaikan realitas".
Dewan Tertinggi Krimea dalam sebuah keputusan pada Senin menyatakan kemerdekaan dari Ukraina dan secara resmi menerapkan untuk bergabung dengan Rusia setelah semua dari 85 anggota parlemen yang hadir mendukung memisahkan diri dari Ukraina.
Dewan Tertinggi Krimea dalam sebuah keputusan pada Senin menyatakan kemerdekaan dari Ukraina dan secara resmi menerapkan untuk bergabung dengan Rusia setelah semua dari 85 anggota parlemen yang hadir mendukung memisahkan diri dari Ukraina.
Keputusan tersebut juga mendesak masyarakat internasional untuk menghormati keputusan Crimea.
"Republik Crimea mengimbau PBB dan semua negara di dunia untuk mengakui Crimea sebagai sebuah negara merdeka," kata keputusan itu.
Selain itu, Dewan Tertinggi Crimea mengumumkan bahwa semua properti Ukraina di Crimea akan dinasionalisasi.
"Republik Crimea mengimbau PBB dan semua negara di dunia untuk mengakui Crimea sebagai sebuah negara merdeka," kata keputusan itu.
Selain itu, Dewan Tertinggi Crimea mengumumkan bahwa semua properti Ukraina di Crimea akan dinasionalisasi.
Para Pejabat Rusia Reaksi Sanksi dengan Bangga
Ketua
parlemen Rusia dan mantan wakil perdana menteri mengecam sanksi yang
dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap para pejabat Rusia.
Valentina Matviyenko kepada Interfax, Senin (16/3) menyatakan bahwa
sanksi Gedung Putih terhadapnya dan sepuluh pejabat Rusia, serta para
individu dari Crimea dan Ukraina merupakan sebuah yang "belum pernah
terjadi sebelumnya" bahkanselama Perang Dingin.
"Ini
adalah pemerasan politik ... pemerintah AS tahu bahwa saya tidak
memiliki rekening, aset atau properti di luar negeri," ujar Matviyenko.
"Saya selalu membela dan akan tetap membela kepentingan nasional Rusia,
bukan kepentingan geopolitik Barat. Tidak ada yang bisa mengintimidasi
kami," tambahnya.
Senin (16/3/), Presiden AS Barack
Obama mengeluarkan perintah eksekutif yang memberlakukan sanksi kepada
11 individu dari Rusia, Crimea dan Ukraina karena "berkontribusi dalam
kriss terhadap situasi di Ukraina."
Obama
menginstruksikan pembekuan aset para pejabat yang berada di Amerika
Serikat atau "yang datang di Amerika Serikat." Instruksi itu juga
melarang individu tersebut bepergian ke Amerika Serikat.
Sanksi diberlalukan setelah hampir 97 persen pemilih di Crimea sebagai
pada tanggal 16 Maret mendukung pemisahan diri dari Ukraina dan
bergabung dengan Rusia.
Sanksi oleh Gedung Putih itu
juga memicu kemarahan para pejabat Rusia, termasuk Yelena Mizulina,
anggota Duma, yang menyebut sanksi "pelanggaran nyata" terhadap
hak-haknya sebagai warga negara dan politisi.
Sementara itu, Vladislav Surkov, penasihat senior Presiden Rusia
Vladimir Putin, mengatakan bahwa pencantuman namanya dalam daftar sanksi
AS merupakan sebuah kehormatan besar baginya.
Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin juga mereaksi sanksi itu dengan ungkapan menarik.
Rogozin menyatakan dalam statusnya di Twitter bahwa ia akhirnya mendapatkan pengakuan dunia.
Uni Eropa juga telah memberlakukan sanksi terhadap 21 orang , termasuk
tiga komandan senior Rusia, Perdana Menteri Crimea, wakil ketua Duma
serta sejumlah pejabat senior.
Warga Donetsk Bentuk Pos Pemeriksaan
Pos-pos pemeriksaan itu didirikan oleh Milisi Nasional Donetsk - sebuah kelompok pasukan relawan pro-Rusia.
Kelompok itu mengatakan sedikitnya 100 militan bergabung dengan kelompok tersebut, dan 20 orang ditugaskan berjaga di setiap pos pemeriksaan.
Pada hari Ahad, ribuan warga Donetsk berdemonstrasi, menuntut referendum bergabung dengan Rusia.
Sejumlah demonstran menyerbu Kantor Jaksa Agung, menurunkan bendera Ukraina dari puncak gedung dan mengibarkan bendera Rusia.
Kota industri terletak dekat perbatasan Rusia dan dianggap sebagai kubu presiden terguling Ukraina Viktor Yanukovych.
Dewan kota Donetsk menolak mengakui pemerintahan baru Ukraina dan menyerukan referendum mengenai status wilayah ini.
Ini terjadi di saat Crimea telah mendeklarasikan kemerdekaannya dari Ukraina pada hari Senin dan secara resmi menjadi bagian dari wilayah Rusia menyusul hasil referendum pada hari Ahad, di mana 96,8 persen warga Crimean mendukung pemisahan diri dari Ukraina.
Parlemen Crimea sebelumnya telah mengesahkan putusan penggabungan dengan Rusia setelah semua 85 dari 100 anggota parlemen sebagai mendukung pemisahan diri dari Ukraina.
Ukraina dicengkeram krisis politik sejak November 2013, ketika Yanukovych menolak mendandatangani Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa dan mendukung hubungan lebih dekat dengan Rusia.
Source : MZ, RT, IRIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...