Gerakan boikot Israel yang digerakkan oleh kelompok aktifis The
Boycott, Divestment and Sanctions (BDS), semakin mendapatkan dukungan
dari masyarakat internasional terutama di barat. Organisasi Student
Alliance (semacam senat mahasiswa) University of Windsor in Ontario,
Kanada, pada hari Rabu (5/3) mengeluarkan resolusi untuk bergabung
dengan gerakan boikot Israel. Di bawah resolusi tersebut senat mahasiswa
akan menghentikan kerjasama dengan lembaga-lembaga dan perusahaan yang
menjalin hubungan dengan Israel.
“Kami membiarkan semua mahasiswa menyuarakan keprihatinannya atas
masalah ini, maka kami mengeluarkan pernyataan yang lebih keras,” kata
Mohammed Almoayad, ketua kelompok mahasiswa peduli Palestina di
universitas tersebut. “Kami pun merasa bangga,” tambahnya.
Minggu lalu, organisasi pemuda Norwegia Young Men and Women’s
Christian Association (YMCA-YWCA) juga menyatakan bergabung dengan
gerakan boikot Israel. Dalam pernyataan di situs resminya organisasi ini
menyatakan “mendukung boikot ekonomi secara luas atas barang-barang dan
jasa dari Israel dan pemukiman-pemukiman (ilegal) Israel.”
BDS juga berhasil mempengaruhi beberapa negara Uni Eropa untuk
menerapkan undang-undang yang melarang hubungan dengan
perusahaan-perusahaan Israel yang beroperasi di wilayah pendudukan
(wilayah Palestina yang diduduki Israel secara ilegal).
Uni Eropa bahkan telah menetapkan larangan bagi pemberian bantuan,
hadiah, bantuan keuangan dan kerjasama dengan entitas Israel
(lembaga/perusahaan/individu) yang berlokasi di wilayah pendudukan.
Laporan media Israel Maariv hari Jumat (7/3) berdasarkan
sumber-sumber pemerintahan Israel menegaskan bahwa aksi boikot
inernasional atas Israel yang digerakkan oleh kelompok Boycott,
Divestment and Sanctions (BDS) telah menimbulkan kerugian ekonomi bagi
Israel hingga senilai 100 juta shekel atau setara $30 juta, yang jika
dirupiahkan mencapai lebih dari Rp 300 miliar.
Beberapa sumber di Israel menyebutkan bahwa aksi boikot tersebut
sebagai “perang yang konstan” terhadap Israel, namun sumber-sumber
lainnya menyebutkan aksi tersebut akan semakin membesar, terutama di
Eropa.
Saat ini nilai ekspor produk-produk Israel yang dibuat di wilayah pendudukan diperkirakan mencapai $90 juta (300 juta shekel).
Pada hari Rabu (5/3), sejarahwan Amerika Rashid Khalidi dan filsuf
Judith Butler melancarkan kampanye menentang aksi-aksi intimidasi
terhadap suara-suara kritis terhadap Israel, terutama terhadap
pihak-pihak yang mendukung aksi boikot Israel.
“Adalah penting untuk diakui bahwa boikot secara internasional diakui
dan secara konstitusi merupakan bentuk ekspresi politik yang dilindungi
hukum,” demikian bunyi pernyataan mereka berdua.
Kampanye boikot Israel yang dilancarkan BDS merupakan bagian dari
gerakan internasional untuk menekan pemerintah Israel untuk menghentikan
pembangunan pemukiman yahudi ilegal di wilayah pendudukan.
Saat ini lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di
pemukiman-pemukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki sejak
tahun 1967. Meski mendapat kecaman dari dunia internasional termasuk
dari sekutu-sekutu utamanya, Israel terus saja melanjutkan pembangunan
pemukiman-pemukiman yahudi di wilayah pendudukan.
Isu pemukiman yahudi merupakan salah satu penghambat utama perundingan damai Palestina-Israel.
Source : LiputanIslam.com
— ca/press tv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...