Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-25 Liga Arab di Kuwait City, Kuwait,
berlanjut Rabu (26/3) di tengah suasana suram akibat tajamnya
perselisihan pendapat mengenai krisis Suriah dan absennya delapan
pemimpin Arab.
Emir Kuwait Shekh Sabah al-Ahmad al-Sabah dalam sesi pertama KTT
mengakui kondisi mengenaskan tersebut, sementara Presiden Mesir Adly
Mansour kembali menyebutkan hal yang sama pada sesi kedua.
Sesi kedua diwarnai pembicara mengenai Palestina, namun ketika sidang
mulai membicarakan krisis Suriah suasana terlihat memanas akibat
perbedaan sikap. Pada puncaknya, delegasi Irak pimpinan Khudair
al-Khuzai dan Menteri Keuangan Lebanon Ali Hasan al-Khalil melakukan
aksi walk out ketika Ketua Koalisi Nasional Suriah yang beroposisi
terhadap pemerintah Suriah, Ahmad al-Jarba, berpidato.
Saudi dan Oposisi Telan Pil Pahit
Menurut laporan IRNA, berbagai sumber pemberitaan
menyebutkan bahwa sepak terjang Arab Saudi untuk mendudukkan Ahmad
al-Jarba di kursi Suriah dalam KTT Kuwait sebagaimana dalam KTT Doha,
Qatar, Maret 2013, menguap sia-sia akibat perlawanan dari sejumlah
negara Arab, khususnya Irak dan Aljazair, bahkan Mesir dan Lebanon. Pada
KTT Kuwait, meskipun kursi Suriah kosong namun bendera Suriah tetap
dikibarkan.
Forum-forum politik dan media Timteng menyebutkan bahwa KTT Liga Arab
kali ini berlangsung di bawah bayang-bayang kemenangan tentara Suriah
di kawasan al-Qalamoun dan Yabroud. Pergerakan milisi bersenjata Suriah
di kawasan Kasab, Provinsi Latakia, Suriah, yang didukung langsung oleh
tentara Turki juga tak dapat meyakinkan para pemimpin Arab untuk
menyerahkan Kursi Suriah kepada oposisi.
Dalam Sidang Doha, para pemimpin Arab setuju menyerahkan kursi Suriah
kepada oposisi. Namun, di luar dugaan, mereka berubah sikap dan urung
mendudukkan al-Jarba di kursi Suriah. Tak hanya itu, sebagian besar
pemimpin Arab menekankan keharusan pemberintasan terorisme kaum takfiri
dan menyerukan solusi damai untuk Krisis Suriah.
Al-Jarba Kecam Para Pemimpin Arab
Dalam KTT Kuwait al-Jarba tak dapat menyembunyikan kekecewaannya
terhadap sikap para pemimpin Arab tersebut dan jatuhnya benteng
pertahanan terakhir oposisi di Yabrod di kawasan yang berbatasan dengan
wilayah selatan Beirut, Lebanon. Menurut laporan IRNA, dia
menilai kekalahan kubu oposisi Suriah juga tak lepas dari minimnya
kepedulian para pemimpin Arab kepada mereka serta menyebut keputusan
para pemimpin Arab untuk membiarkan kursi Suriah kosong dan mengibarkan
bendera Suriah dalam KTT Kuwait sebagai perkembangan yang menimbulkan
rasa frustasi di kalangan oposisi. Dia juga menganggap para pemimpin
telah menunjukkan gelagat untuk mengembalikan pemerintah Suriah dalam
kamunitas Liga Arab.
“Kesepakatan kalian membiarkan kursi Suriah kosong,” tandas al-Jarba
kepada para pemimpin Arab, “merupakan pesan terbuka dan jelas kepada
Bashar al-Assad (Presiden Suriah); ‘Bunuhlah, Bunuhlah, kursi Suriah
menantimu pasca perang.’”
Dia menambahkan, “Kami selalu ditanya mengapa Barat berpaling dari
kami dan enggan memenuhi janjinya untuk menyuplai persenjata canggih,
dan mengapa pula saudara-saudara kami sendiri bahkan tidak mengizinkan
kami duduk di kursi Suriah dalam Liga Arab.”
Lebih jauh dia mengakui kekalahan kelompok-kelompok gerilyawan
oposisi, dan karena itu dia meminta kesediaan para pemimpin Arab
mendesak negara-negara Barat supaya memenuhi janjinya untuk menyuplai
senjata.
Kegagalan Arab Saudi
Menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Riyadh,
pemerintah Arab Saudi berobsesi untuk mendudukkan al-Jarba di kursi
Suriah dalam KTT Liga Arab di Kuwait dan memperlihatkannya kepada Obama
sebagai kartu kemenangan. Namun, sebagaimana disebutkan Harian al-Rai,
belakangan Arab Saudi terpaksa mengenyam kegagalannya untuk
menyukseskan obsesi tersebut. Harian terbitan Kuwait ini menyebutkan
bahwa delegasi Aljazair dan delegasi Irak menolak mentah-mentah
keinginan Arab Saudi untuk menyerahkan kursi Suriah kepada kubu oposisi.
Putera Mahkota Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud mengaku
terkejut menyaksikan keputusan para pemimpin Arab memilih mengosongkan
kursi Suriah. “Mengherankan, dulu dalam KTT Doha kalian memberikan kursi
Suriah kepada oposisi, tapi sekarang kalian bertindak menyalahi
keputusan kalian,” ujar Salman. Dia menyebutkan bahwa khalayak dunia
telah menipu pihak oposisi Suriah.
Salman yang kecewa berat atas penolakan sejumlah negara penting Arab
terhadap usulan-usulan Riyadh juga mengisyaratkan keinginannya supaya
ada campurtangan militer di Suriah demi mengubah arah perkembangan
konfrontasi yang belakangan kian menyulitkan posisi kelompok radikal
takfiri, termasuk Front al-Nusra yang dinyatakan oleh Saudi sendiri
sebagai teroris. Isyarat itu memperlihatkan ketidak jujuran Riyadh dalam
mengangkat isu perang melawan terorisme dan takfiri, khususnya kelompok
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIL) dan Front al-Nusra.
Isu Pemberantasan Terorisme
Para pemimpin Arab yang semula membolehkan kubu oposisi Suriah
menempati kursi Suriah dalam KTT Doha kali ini bukan saja menarik
keputusan tersebut, tapi bahkan juga menyatakan kerisauan mereka
terhadap merebaknya kejahatan teror kaum takfiri dan menyebut fenomena
ini sebagai ancaman serius bagi Timur Tengah.
Semua pidato dalam KTT Kuwait, tak terkecuali pidato Putera Mahkota
Arab Saudi, menyinggung kerisauan terhadap ancaman terorisme kaum
takfiri bagi keamanan kawasan. Emir Kuwait selaku tuan rumah KTT Liga
Arab bahkan mengatakan, “Terorisme takfiri sudah berada di depan pintu
gerbang negara-negara Arab.”
Apatisme Publik Arab
Di tengah tajamnya perselisihan antarpemimpin Arab, publik berbagai
negara Arab Timur Tengah terlihat apatis terhadap KTT Liga Arab di
Kuwait. Opini publik bahkan menilai KTT ini akan lebih mengenaskan
daripada pertemuan-pertemuan puncak Arab sebelumnya. TV al-Alam
melaporkan dari Kairo bahwa masyarakat Mesir mengeluhkan tajamnya
perselisihan antarnegara Arab. “Uni Eropa dapat menyatukan mata uang,
mengapa kita tidak berbuat hal yang sama? Uang negara-negara Arab malah
banyak difungsikan di negara-negara Eropa,” keluh seorang warga Mesir
kepada al-Alam.
Di Damaskus, Suriah, seorang warga menyatakan ada atau tidak ada KTT
Arab sama saja. “Tidak ada sesuatu yang berarti buat kami dari mereka,
kami tidak mengharapkan suatu apapun dari mereka,” ujarnya. Pernyataan
yang tak kalah tajamnya meluncur dari seorang pemuda di Ramallah,
Palestina. Dia mengatakan, “Sangatlah ironis, mereka semua berlagak
berdiri bersama kami, tapi kenyataannya mereka anti kami. Mereka berkata
akan berusaha mengurangi permukiman Yahudi, tapi kenyataannya
permukiman Yahudi terus merebak di negeri kami.”
Seperti diketahui, KTT Liga Arab telah dimulai sejak Selasa (25/3)
dan akan ditutup hari ini dengan mengeluarkan resolusi yang dinilai
tidak akan mengikat.
Source : LiputanIslam/mm/irna/alalam/alrai/alarabiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...