Rabu, 27 Desember 2017

Toleransi Ahlussunnah wal Jamaah


Hasil gambar untuk ulama besar ahlussunnah wal jamaah
Habib Muhammad Rizieq Syihab
Imam Besar FPI

Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...

Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepanjang zaman tidak pernah berhenti mengkritisi segala bentuk penyimpangan Firqoh di luar Aswaja, dengan cara ilmiah dan penuh hikmah. Ulama Aswaja tidak pernah menutup pintu Dialog Lintas Madzhab dan Firqoh Islam, bahkan Dialog Lintas Agama sekali pun telah sejak lama menjadi bagian Da'wah penting Aswaja.

Semangat Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk Taqrib (pendekatan antar Madzhab Islam) dan Wihdah (persatuan umat Islam) serta Tasaamuh (Toleransi Antar Umat Islam), tidak hanya terbatas pada tataran wacana, akan tetapi sejak lama sudah menjadi bagian dari perjuangan da’wah mereka.

Bahkan dari kalangan Aswaja pernah lahir fatwa dari seorang Ulama sekelas Syeikh Mahmud Syaltut rhm tentang bolehnya ta’abbud dengan cara madzhab di luar Aswaja, yaitu Madzhab Ja’fari. Dan fatwa serupa juga dikeluarkan oleh Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah. Hal seperti ini tidak pernah terjadi di kalangan luar Aswaja, karena memang tidak pernah ada seorang Ulama pun yang sekaliber Syeikh Mahmud Syaltut atau Syeikh Ali Jum’ah dari kalangan Non Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seperti Syi’ah atau Wahabi, yang berfatwa tentang bolehnya ta’abbud dengan cara Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

ULAMA ASWAJA DAN PERADABAN DIALOG

Sederetan Ulama Ahlus Sunnah pada masa lalu telah membuktikan semasa hidupnya secara terus menerus membangun Peradaban Dialog antar Madzhab dan Firqoh Islam untuk pendekatan dan persatuan, antara lain: Al-Imam Ibnu ‘Abidin Al-Hanafi rhm, Al-Imam Asy-Syathibi Al-Maliki rhm, serta Imam Al-Ghozali Asy-Syafi’i, hingga Ibnu Taimiyah Al-Hanbali pun di akhir usianya termasuk yang paling semangat menyerukan persatuan melalui Rosaa-ilnya. Rodhiyallaahu ‘anhum.

Lalu dilanjutkan oleh para Ulama Aswaja di abad ini, antara lain : Syeikh Abdul Majid Salim, Syeikh Muhammad Abu Zahrah, Syeikh Hasanain Makhluf, Syeikh Hasan Al-Banna, Syeikh Mahmud Syaltut, Syeikh Al-Maroghi, Syeikh Al-Fahham, Syeikh Mushthofa Abdur Rozzaq, Syeikh Al-Luban, Syeikh Salim Al-Bisyri, Syeikh Sa’id Hawa, Syeikh Abdul Karim Zaidan, Syeikh Abul Hasan Ali An-Nadwi, Syeikh Abdul Wahhab Khollaf, Syeikh Anwar Al-Jundi, Syeikh Mushthofa Asy-Syak’ah, Syeikh Salim Al-Bahansawi, Syeikh Abdul Muta’al Al-Jabri, Syeikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi, Rohimahumullaahu Ta’aalaa.

Hingga masa kini pun, keseriusan para Ulama Ahlus Sunnah dalam membangun Peradaban Dialog untuk membangun Toleransi Antar Umat Islam dari berbagai Madzhab dan Firqoh Islam, masih terus ditunjukkan oleh sederetan Tokoh Ulama Aswaja kelas dunia seperti Syeikh Wahbah Zuhaili, Syeikh Yusuf Al-Qardhawi, Syeikh Ali Jum’ah, Syeikh Muhammad Ath-Thayyib, dan lain sebagainya. Bahkan jauh sebelum itu, para Ulama Besar Ahlus Sunnah wal jama’ah dari berbagai madzhab telah mengingatkan tentang Bahaya Takfir antar kaum muslimin dan pentingnya Toleransi antar Madzhab dan Firqoh Islam.

Dan Ulama Habaib dari Hadromaut – Yaman pun tidak ketinggalan dalam membangun Peradaban Dialog Antar Madzhab dan Firqoh Islam untuk membanguan Toleransi antar umat Islam, antara lain : Al-Habib Abu Bakar b Abdurrahman Syihab (w : 1341), Al-Habib Muhammad b Ahmad Asy-Syathiri (w : 1331 - 1422 H ) dan Al-Habib Abu Bakar b Ali Al-‘Adani Al-Masyhur ( Lahir : 1365 H / 1946 M )

MU’TAMAR ‘AMMAAN DAN DAUHAH

Keseriusan Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk membangun Toleransi Antar Umat Islam semakin hari semakin besar, hingga digelarnya Mu’tamar Sunnah – Syiah – Ibadhi di ‘Amman – Yordania pada November 2004, yang kemudian berlanjut di Dauhah – Qathar pada Januari 2007.

Dalam Mu’tamar Sunnah – Syiah – Ibadhi di ‘Amman – Yordania telah disepakati tiga hal pokok sebagai syarat mutlak dalam membangun Toleransi Antar Madzhab dan Firqoh Islam, yaitu :

a. Bahwa pengikut madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali), serta madzhab Zhohiri, Ja’fari, Zaidi dan Ibadhi adalah muslim, maka dilarang mengkafirkannya. Begitu pula dilarang mengkafirkan pengikut Asy’ari dan Maaturidi, serta pengikut Tashawwuf yang hakiki dan pengikut Salafi yang shahih, karena mereka semua adalah umat Islam.

b. Dilarang berfatwa atas orang yang bukan ahlinya dan setiap madzhab harus mengikuti Metodologi Ijtihad yang diakui dalam madzhabnya, agar tidak lahir fatwa liar yang saling mengkafirkan antar Madzhab Islam.

Selanjutnya dalam Mu’tamar Sunnah – Syi’ah – Ibadhi di Dauhah – Qathar telah disepakati tiga hal pokok lainnya sebagai syarat mutlak untuk mewujudkan Taqrib dan Wihdah kaum muslimin, yaitu :

a. Dilarang menghina atau melecehkan segenap Ahlul Bait Nabi SAW termasuk semua isterinya, dan seluruh shahabat Nabi SAW tanpa terkecuali, serta hal lain yang dimuliakan oleh setiap madzhab.

b. Dilarang melakukan Missionaris Madzhab tertentu di wilayah / negeri madzhab yang lain.

c. Mendorong Ulama dan Umara negeri-negeri Islam untuk menggalakkan Dialog Ilmiah yang berakhlaqul karimah antar Madzhab Islam.

Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiin ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...