Abu Bakr al-Syuhyuni |
Nah, apa sebenarnya casus belli serangan zionis ke Gaza? Jawabannya: Israel ingin menunjukkan taringnya di tengah merosotnya kans kejatuhan Assad, ketakmampuan sekutu-sekutunya mengubah peta geopolitik dan pudarnya ancaman ISIS atas Hizbullah—musuh zionis paling gahar. Di samping itu, PM Netanyahu ingin menunjukkan bahwa apapun yang terjadi di kawasan, Israel tetap yang terkuat. Tapi, agaknya target itu jauh panggang dari api, karena kian keras usaha zionis menunjukkan gigi kian terlihat bahwa ia kini tak ubahnya macan ompong.
Yang menarik dicatat ihwal serangan kali ini ialah kian terangnya hubungan zionis dengan kelompok-kelompok teroris takfiri di kawasan. Tentu saja pendapat ini bakal diputarbalikkan oleh fanboy ISIS. Bagi mereka, Israel menyerang Gaza justru lantaran panik menyaksikan deklarasi Khilafah Islam oleh Abu Bakr Al-Baghdadi alian Amirul Mukminin Ibrahim.
Tetapi, benarkah Israel panik pada deklarasi khilafah Al-Baghdadi? Atau sebaliknya, Israel senang dan berbesar hati atas deklarasi khilafah ini? Mari kita kemukakan fakta-fakta berikut. Pertama, ISIS dan kelompok-kelompok teror takfiri serupa lainnya hampir tidak pernah melakukan kerusakan dan mengobarkan perang kecuali di tengah-tengah umat Islam dan di negara-negara umat Islam, entah itu yang berpenduduk mayoritas Syiah seperti Irak maupun yang berpenduduk mayoritas Sunni seperti Suriah, Yaman, Afghanistan, Nigeria, Somalia dan sebagainya.
Dari sini timbul pertanyaan: jenis senjata apa dan milik siapa ISIS dan kelompok-kelompok takfiri ini? Bila mereka sebenarnya—seperti klaim mereka sendiri—adalah jundullah (tentara Allah), maka mengapa mereka justru tampak nyata hanya keras saat menghadapi Muslimin dan hanya mampu menumpahkan darah umat ini? Mengapa kita tidak mendengar kegagahan serupa mereka saat menghadapi AS di Afghanistan, di Irak, dan terlebih lagi Israel yang sama sekali tidak pernah mereka perangi?
Tidak hanya itu. Tanpa sungkan dan tedeng aling-aling, Israel membantu, menyelamatkan dan merawat para pemberontak ISIS dan Jabhat An-Nusro saat bertempur melawan Tentara Arab Suriah di perbatasan dengan Israel di wilayah Qunaitirah. Ya, kelompok teroris takfiri ini menyerang Tentara Suriah yang berada di tanah Suriah dari wilayah Suriah yang diduduki Israel. Anda tidak salah baca karena memang itulah yang terjadi. Tentu saja dalih yang mereka kemukakan saat digugat soal fakta ini tak lain adalah sebagai berikut: kami tidak bisa membebaskan Palestina kecuali dengan membebaskan Suriah, karena pembebasan Palestina melewati Suriah. Sekalipun sebenarnya mereka sudah sampai di wilayah Suriah yang dijajah Israel.
Itu baru separuh cerita. Separuhnya lagi adalah fakta kedua yang membuktikan keterikatan kepentingan dan koordinasi strategis antara kelompok-kelompok teroris takfiri ini dengan Israel. Faktanya, baik Israel dan kelompokj-kelompok
” Tapi, angan-angan tinggallah angan-angan. Hingga puncaknya
timbul satir di kalangan pengamat Arab seperti ini: jika Anda ingin
masyarakat Arab melawan Israel dengan sungguh-sungguh, maka yakinkanlah
mereka bahwa Israel adalah Syiah/rafidhoh. Hanya dengan cara ini mereka
akan mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi Israel. Dan bukan
mustahil melupakan orang-orang Syiah yang sebenarnya untuk selamanya. “
Media zionis dan takfiri dalam 3 tahun pasca meletusnya pemberontakan bersenjata di Suriah sama-sama fokus menciptakan musuh baru bagi publik Arab dan Muslim: kaum Syiah. Akibatnya, kini di mata banyak masyarakat Arab Syiah dan zionis sama-sama berbahaya, bahkan lebih berbahaya daripada zionis. Pertanyaannya, terlepas dari benar-salahnya asumsi ini, hasil akhir apa yang ingin dicapai dengan memusuhi dan memerangi Syiah di kawasan dan di dunia Islam? Membantai, menghabisi dan memunahkan mereka? Apakah tujuan bodoh itu mungkin tercapai? Bagaimana caranya? Ataukah tujuan itu mustahil tercapai karena Syiah ada di mana-mana dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Islam dan Timur Tengah modern? Orang yang paham Timur Tengah akan sepenuhnya yakin bahwa Syiah tidak akan bisa dipunahkan. Yang bakal terjadi hanyalah pertumpahan darah tanpa tujuan, arah dan tidak ada batasnya. Destruksi total yang konstan tanpa hasil yang jelas dan terukur.
Dari sudut pandang strategis zionis, yang paling penting ialah alpanya rakyat Palestina, publik Arab dan umat Muslim secara umum terhadap tanggungjawab moral dan agama mereka untuk melawan penjajah yang sebenarnya, yakni Israel. Israel dan di belakang AS yakin bahwa taktik memunculkan Syiah sebagai musuh Sunni paling ampuh untuk mengalihkan api kemarahan Muslimin yang berkobar pada AS sejak invasi Irak pertama tahun 1991, invasi ke Afganistan 2001, invasi Irak kedua 2003, kini dapat menyembur ke arah orang-orang Syiah, dan Iran sebagai ujung tombaknya.
Dan terbukti, sebuah ironi yang tak bisa dipungkiri bahwa ISIS dan kelompok-kelompok takfiri berhasil merekrut ribuan remaja Muslim untuk menumpahkan darah sesama penganut tauhid di negeri-negeri Muslim sendiri. Sekiranya massa sebanyak itu melakukan jihad ke Palestina dan melancarkan aksi bom bunuh diri sebanyak yang mereka lakukan di Irak dan Suriah, maka mungkin dalam waktu kurang dari setahun Israel akan sunyi senyap dari penduduk dan pemukiman akan berhenti dibangun. Haqqul yaqin imigrasi Yahudi dari Eropa dan AS ke Israel akan menyusut drastis.
Tapi, angan-angan tinggallah angan-angan. Hingga puncaknya timbul satir di kalangan pengamat Arab seperti ini: jika Anda ingin masyarakat Arab melawan Israel dengan sungguh-sungguh, maka yakinkanlah mereka bahwa Israel adalah Syiah/rafidhoh. Hanya dengan cara ini mereka akan mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi Israel. Dan bukan mustahil melupakan orang-orang Syiah yang sebenarnya untuk selamanya.
Fakta ketiga melengkapi dua fakta di atas. Mengapa dalam ceramah pertamanya, yang seharusnya menjadi platform politik khilafah Al-Baghdadi, sang khalifah sama sekali tidak mengecam Israel? Mengapa dia tidak menyebut pembantaian dan penjajahan zionis yang telah berlangsung 66 tahun? Mengapa dia tidak berdoa secara khusus untuk perjuangan pembebasan Al-Quds dan Masjidil Aqsa—sekalipun hanya basa-basi?
Mari kita lihat sebaliknya, yakni musuh ISIS: Iran dan Hizbullah. Konstitusi Republik Islam Iran juga menekankan secara khusus soal dukungan kepada Palestina. Agaknya ini satu-satunya di dunia. Anda juga tinggal google dan temukan sendiri betapa banyak pernyataan Imam Khomeini yang membela perjuangan rakyat Palestina melawan Israel. Demikian pula pernyataan Pemimpin Spiritual Iran, Ali Khamenei dan mantan presiden Ahmadinejad. Semuanya terdokumentasi dengan baik. Yang lebih menarik ialah pernyataan Sekjen Hizbullah yang mempertautkan kesyiahan dengan dukungan kepada perjaungan Palestina, persis seperti Sukarno dulu mempertautkan keindonesiaan dengan dukungan pada perjuangan yang sama.
Sampai di sini, Anda boleh percaya dan boleh tidak. Anda tinggal kaji dan gali sendiri seluruh fakta dan data yang terpampang di sini.
Source :
Islam Times
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...