PEMBANTAIAN PENDUDUK
MEKKAH OLEH WAHABI
Oleh: Syaikh Idahram
Dusta Firanda
ke-13, dia berdusta besar saat berkata, “Sama sekali ia
(Syarif Abdullah bin Hasan penulis kitab Sidq al-Khabar) tidak menyebutkan adanya pembantaian penduduk kota Mekkah”[1] yang dilakukan oleh Wahabi.
Justru dalam
kitab Sidq al-Khabar pada halaman
147-148 sangat jelas dan transparan dinyatakan adanya pembantaian penduduk kota
Mekkah –bahkan juga penduduk Madinah– oleh Wahabi! Ini dia scan isi buku tersebut agar Firanda dan orang-orang Wahabi melek dan sadar diri:
“Sejarah Mengulangi Dirinya
Ketika dunia Islam sedang
mengobati luka-lukanya dari luka-luka perang dunia ke-2, fokus dengan seluruh
yang meliputinya, dan merapihkan apa yang berantakan. Ketika dunia islam
bersungguh-sungguh dalam menjaga kelangsungan hidupnya dari berbagai bahaya
dengan mempersatukan bagian-bagiannya, menghimpun jamaahnya, tiba-tiba dunia
Islam dikagetkan oleh Wahabi dengan serangan-serangannya atas tanah haramain (Mekkah
dan Madinah). Mereka mengejutkan Mekkah dan Madinah dengan
penyerbuan-penyerbuan mereka, menumpahkan darah-darah tidak berdosa di kedua
kota haram itu, menghancurkan makam-makam mulia, melakukan aksi-aksi paling
keji, paling brutal, yang membuat badan bergetar dan jantung orang beriman
berdegup kencang. Sesungguhnya mereka telah membunuh di kota Thaif saja
mendekati jumlah dua ribu orang-orang
Islam, yang di antara mereka para ulama, orang-orang shaleh, kaum perempuan
dan anak-anak. Mereka juga telah membunuh ulama terkemuka keturunan Nabi s.a.w.
as-Sayyid Abdullah az-Zawawi dengan cara yang tidak pernah dilakukan orang
sebelumnya dalam hal kekejian dan kebengisannya. Mereka mengikat kedua kaki ulama tersebut dengan kuda pacuan, kemudian
membiarkan kuda itu berlari menyeret ulama sepuh tersebut jungkir balik di
belakangnya hingga putus sendi-sendi tulangnya.
Dan mereka
membunuh orang-orang Bani Syaibah penjaga Ka’bah Mulia secara masal. Mereka sweeping kota Thaif. Berita (kebrutalan
Wahabi) ini tersebar luas melalui surat kawat ke berbagai belahan dunia.
Sebagian
negara dan organisasi-organisasi keislaman mengutus orang-orangnya untuk
meneliti perkara ini. Mereka menyuarakan apa yang mereka saksikan itu dan
meyakinkannya kepada negara-negara mereka.
Adapun Yang
Mulia Raja Arab asy-Syarif Hussein 1 telah berusaha sekuat tenaganya untuk
menghalangi penyerangan Wahabi dan mencegah kebrutalan mereka, namun situasi dan
kondisinya tidak berpihak kepadanya, sehingga dia lebih memilih untuk turun
dari kursi kerajaan demi rakyatnya karena sebab dan alasan yang akan kita
sebutkan nanti pada tempatnya di bagian khusus tersendiri tentang orang-orang Wahabi.
Begitu juga
nasib keturunannya Yang Mulia Raja Ali setelahnya. Di sini tidak memungkinkan
kita kecuali menyampaikan penyesalan yang teramat sangat terhadap tenggelamnya
dunia islam dalam lautan kelalaian absolut dan tidur nyenyak.
Apa yang
dilakukan oleh orang-orang Wahabi di Hijaz dan daerah lainnya hanya karena
motif agama dan dorongan mazhab yang keduanya ditopang oleh semangat khusus
kepada angan-angan emas (tujuan materi). Sesungguhnya akidah mereka aneh dan
pemikiran mereka beku yang dengan ini memerintahkan mereka untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
Maka tidak
ada yang bisa diharapkan dalam kemoderatan mereka, dan tidak ada perbuatan yang
berhasil meringankan keidiotan mereka. Kepada Anda (kusampaikan) teks fatwa
terakhir ulama mereka yang dimuat oleh
koran as-Siyasah Mesir dalam salah satu edisinya, dan berita ini telah dinukil oleh koran ar-Ra`yu al-’Am pada edisinya yang ke-4061 tanggal 19 Dzul Qa’dah
tahun 1345, agar Anda tahu bahwa apa yang kami sampaikan kepada Anda adalah
‘ainul yaqin (sangat meyakinkan).”[2]
Sepertinya
Firanda pura-pura buta, dengan mengatakan tidak ada pembantaian penduduk Mekkah
oleh Wahabi dalam kitab Sidq al-Khabar
yang dia klaim telah membacanya. Lalu apa kalimat di atas jika bukan
pembantaian?!
Pada halaman
129 dari kitab Sidq al-Khabar itu, juga diberitakan
tentang kaburnya para ulama dan asyraf
(orang-orang
mulia) kota Mekkah untuk menghindari kekejaman Wahabi:
“Aljabarti
berkata bahwasanya, pada tanggal 10 Sya’ban
tahun 1217 sekelompok orang dari golongan asyraf (keturunan nabi s.a.w)
dan para ulama Mekkah datang ke Mesir. Mereka kabur dari (kekejaman) Wahabi (ke
Mesir) untuk tujuan Konstantinopel guna meminta pertolongan dari Daulah Turki
Utsmani. Mereka pergi ke rumah-rumah para hukkam
(emir) dan pembesar Turki Utsmani mengadukan dan memberitahukan apa yang telah
terjadi pada mereka (di Mekkah).
Pada akhir
bulan Syawal tahun tersebut anak-anak asy-Syarif Surur Penguasa Mekkah kabur
dari (kekejaman) Wahabi.”[3]
Masih dalam kitab Sidq al-Khabar, pada halaman
berikutnya yakni halaman 130 diberitakan tentang larinya jamaah haji Mesir dari kekejaman Wahabi:
“Dan pada hari Jumat tanggal 21
Muharram tahun 1218 Hijriyah, hijjan
(tukang pembawa berita) datang ke Mesir membawa beberapa surat tertanggal 20
Dzulhijjah, tertulis di dalamnya bahwa Wahabi telah menguasai Hijaz (Mekkah dan
Madinah) dan Syarif Ghalib (Gubernur Mekkah) meminta wali (walikota) Jeddah dan para amirul
haj (ketua rombongan haji) negeri Syam dan Mesir untuk tinggal bersamanya
beberapa hari guna mengangkut harta dan barang-barangnya ke Jeddah. Mereka pun
menyanggupinya dengan disertai imbalan. Maka mereka (semuanya) tinggal bersama
Syarif Ghalib selama dua belas hari. Kemudian pergi meninggalkan Jeddah setelah
rumahnya dibakar.
Pada hari Senin 16 Shafar tahun
tersebut, datang surat dari Hijaz ke Mesir tertanggal pertengahan Muharram,
tertulis di dalamnya bahwa Wahabi telah menguasai penuh kota Mekkah pada hari
Asyura setelah Syarif Ghalib pergi dan setelah dua hari para rombongan haji
Mesir pergi, karena para rombongan haji terlambat di Mekkah selama delapan
hari, melebihi kebiasaannya.”[4]
Sesungguhnya
bukan hanya kota Mekkah yang diserang atau dikepung oleh Wahabi, tetapi juga
puluhan kota-kota lain hingga ke daerah Omman, Bahrain, Kuwait, Irak dan Syam
sesuai pengakuan ahli sejarah seperti: Syarif Abdullah bin Hasan (penulis Sidq al-Khabar),[5] Jenderal Ayub
Shabri Basya (penulis Tarikh
al-Wahhabiyyin)[6]
dan Louis de Corancez (penulis A History
of What History Ignored).[7]
Diskursus itu juga diakui oleh para
sejarawan Wahabi dalam buku-buku mereka seperti sejarawan Wahabi bernama: Utsman ibnu
Abdullah Ibnu Bisyr dalam bukunya Unwan
al-Majd (Alamat Kemuliaan, baca: Alamat Kebejatan), Asy-Syaikh Hussein Ghannam dalam bukunya Tarikh Najd (Sejarah Najd), Muhammad Adib
Ghalib dalam bukunya Min
Akhbar al-Hijaz wa an-Najd (Di Antara Berita tentang Hijaz dan Najd), Amin
ar-Raihani dalam bukunya Tarikh
Najd al-Hadits wa Mulhaqatih (Sejarah Najd Baru dan Daerah Sekitarnya),[8] Ibrahim ibnu
Shalih ibnu Isa dalam bukunya Tarikh
Ba’dhi al-Hawadits al-Waqi’ah fi Najd (Sejarah Sebagian Tragedi yang Terjadi
di Najd), Abdullah ash-Shalih al-Utsaimin (dosen di Universitas Raja Saud)
dalam bukunya Buhuts wa Ta’liqat fi Tarikh al-Mamlakah al-Arabiyah as-Su’udiyah (Riset dan Komentar tentang Sejarah
Kerajaan Arab Saudi), Sulaiman ibnu Shalih al-Khurrasyi dalam bukunya Tarikh Najd min Khilal Kitab
ad-Duras as-Saniyyah (Sejarah Najd Melalui Kitab ad-Durar as-Saniyyah), Emir Saud ibnu Hadzlul (Emir Qasim) dalam bukunya Tarikh Muluk Al Saud (Sejarah Raja-raja Saudi), Aljabarti dalam bukunya Tarikh Aljabarti: ‘Ajaib
al-Atsar (Sejarah al-Jabarti: Keajaiban-keajaiban Sejarah), Abdurrahman
ibnu Abdul Lathif ibnu Abdullah Alu Syaikh dalam buku yang ditahkik olehnya Unwan al-Majd (Alamat Kemuliaan, baca: Alamat
Kehinaan).
Bahkan, berita pembunuhan dan pembantaian
penduduk Mekkah dan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh Wahabi, baik dalam kitab Sidq al-Khabar maupun kitab-kitab lainnya, justru sangat
banyak dan melimpah sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Fakta itu juga diakui oleh buku-buku
yang penulisnya Wahabi.
Selain data-data ilmiah di atas, pada halaman
132-134 dari kitab Sidq al-Khabar –kitab
yang dikatakan Firanda tidak ada di dalamnya pembantaian penduduk kota Mekkah–
justru sebaliknya, terdapat pembantaian penduduk Mekkah dan sekitarnya dalam
kitab tersebut. Begitulah kebiasaan ustad Wahabi yang satu ini, sangat berani
dalam menuduh Syaikh Idahram pendusta bahkan dikatakan olehnya sebagai kolektor
dusta, padahal sebaliknya. Inilah teks kalimat yang dinafikan oleh Firanda tersebut:
“Perkataan
Imam al-Haramain, al-Allamah as-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab
Tarikhnya tentang Perbuatan Wahabi di Hijaz (Mekkah, Madinah dan sekitarnya).
Menyebutkan
Kisah Penduduk Thaif dan Apa yang Menimpa Mereka oleh Wahabi
Setelah al-Allamah tersebut
(yakni Mufti Mekkah & Madinah as-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan) menyebutkan
rincian kejadian 28 peperangan yang berkecamuk antara emir kota Mekkah asy-Syarif Ghalib dan Wahabi, serta apa yang
terjadi di dalamnya
dari
peperangan-peperangan besar, dia mengatakan ketika menyebutkan Pengepungan Kota
Thaif, ‘maka salah seorang pimpinan mereka (Wahabi) keluar membawa (pesan)
keamanan bagi penduduk Thaif dari Utsman dan Salim bin Syakban. Tetapi penduduk
Thaif menembaknya dengan peluru timah dari menara sebagian penduduk Thaif.
Ketika Wahabi mengetahui itu, mereka langsung menyerang benteng Thaif dengan
sekali serangan. Tidak ada yang mampu memerangi dan menahan mereka. Beberapa
orang penduduk Thaif telah lari keluar sebelum penyerangan itu, maka pasukan
Wahabi mengejar mereka dan membunuhnya. Tidak ada yang selamat dari mereka
kecuali sedikit.
Ketika mereka
(Wahabi) masuk Thaif, mereka membunuh
orang-orang dengan pembunuhan menyeluruh, orang dewasa, anak kecil, masyarakat,
tokoh, orang kaya, orang miskin dan menyembelih bayi yang masih menyusui.
Mereka (juga) naik ke atas rumah-rumah mengeluarkan orang-orang yang
bersembunyi di dalamnya, kemudian membunuhnya.
Mereka
mendapati jamaah yang sedang bertadarus al-Qur’an, lalu membunuh jamaah
tersebut semuanya, sehingga mereka menghabisi setiap orang yang ada di
rumahnya.
Kemudian
Wahabi mendatangi kedai-kedai dan masjid-masjid, lalu membunuh orang-orang yang
ada di dalamnya. Mereka membunuh kaum lelaki di masjid ketika sedang ruku’ dan
sujud. Maka tidak tersisa dari penduduk Thaif kecuali segelintir orang sekitar
dua puluh orang lebih, yang merapat ke rumah karang taruna dan berusaha
mendudukinya. Mereka melepas beberapa tembakan dari belakang rumah tersebut
untuk mencegah Wahabi menjangkaunya. Sekelompok orang di rumah (distrik) al-Far
sebanyak 270 lelaki berperang melawan Wahabi selama 3 hari. Ibnu Syakban
(komandan Wahabi) menyadari tidak ada jalan untuk (mengalahkan) penduduk Thaif
kecuali dengan makar dan tipu daya (berpura-pura damai dan genjatan senjata).
Maka Wahabi membiarkan mereka dan meninggalkan (medan) peperangan. Lalu Wahabi
mengirim sekelompok orang kepada mereka untuk mengambil senjata mereka.
Kemudian memerintahkan penduduknya untuk keluar menemui emir Wahabi, dan
ketika mereka sudah berada di hadapan emir, dia memerintahkan untuk
membunuh mereka (penduduk Thaif) semuanya di bukit pasir yang bernama Diqaq
al-Louz, maka dibunuhlah mereka.
Sekelompok
orang sebanyak 50 orang yang ada di rumah-rumah (distrik) Dzawi Isa, juga
mereka (Wahabi) giring dengan ke lembah Wajj dengan (janji) aman. (Tetapi) di
sana Wahabi melucuti pakaian mereka dan meninggalkan mereka telanjang
kedinginan, lelaki dan perempuan, dengan terbuka aurat mereka. Setelah tiga
belas hari,
Wahabi
mengambil mereka untuk mempekerjakan mereka mengangkut tanah tanpa upah. Mereka
(penduduk) meminta belas kasihan, lalu orang-orang itu (wahabi) berbuat baik
kepada mereka dengan (memberikan) sekumpulan biji jagung (mentah). Maka mereka
(penduduk) menghancurkan biji jagung itu dengan gigi mereka (untuk dimakan
mentah-mentah). Sedangkan badui Wahabi setiap hari keluar masuk Thaif
mengangkut harta benda berupa uang, barang-barang berharga, permadani,
perkakas, hingga barang-barang itu menumpuk
di perkemahan
mereka, yakni di tenda-tenda mereka seperti bukit-bukit. Adapun kitab-kitab,
mereka ampar-ampar di pasar-pasar dan mereka injak-injak. Di antara kitab-kitab
itu ada mushaf-mushaf al-qur’an, kitab-kitab hadis shahih, dan lainnya dari
kitab-kitab keislaman, sangat banyak.’”
Ini baru
kisah-kisah penyerangan
di Hijaz (Mekkah, Madinah dan sekitarnya), belum lagi daerah-daerah lain
seperti Buraidah, Kharaj, Qasim, Riyadh, Yamamah, Zulfa, bahkan sampai Omman,
Bahrain, Irak, Kuwait dan Syam (Syria).
Bukti-bukti tentang penyerangan Wahabi atas kota Mekkah dan kota-kota lainnya yang
bersumber dari buku-buku Wahabi sangat banyak, penuh, melimpah, luber bahkan limpas dan tempias! Kayak air hujan aja J Sebagian dari bukti-bukti ilmiah itu telah kami
paparkan pada pembahasan lalu.
[1] Firanda, op. cit., hal. 300.
[2]
Abdullah bin Hasan asy-Syarif, Sidq al-Khabar, op. cit., hal. 147-148.
[3]
Abdullah bin Hasan asy-Syarif, Sidq al-Khabar, op. cit., hal. 129.
[4]
Abdullah bin Hasan asy-Syarif, Sidq al-Khabar, op. cit., hal. 130.
[5] Lihat: asy-Syarif Abdullah ibnu asy-Syarif Hasan
Basya, Shidq al-Khabar fi Khawarij al-Qarni
ats-Tsani ‘Asyar, Mathba’ah al-Kaumain, al-Ladziqiyah, t.t., hal. 132-148.
[6] Lihat: Ayub Shabri Basya, Tarikh al-Wahabiyyin,
Mathba’ah Qarq Anbar dan Dar Turjuman Haqiqat, Istanbul 1296 H., hal. 23-83.
[7] Lihat: Louis de Corancez, al-Wahhabiyun Tarikh Ma
Ahmalahu ath-Tharikh (A History of What History Ignored), Riad el-Rayyes
Books, Beirut 2003, hal. 83-183.
[8] Lihat dalam buku tersebut pada
halaman 50-298.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...