LANJUTAN (oleh Syaikh Idahram)
Saud pun menggiring mereka turun. Penyerangan berlanjut
selama satu jam dengan baku hantam dan saling bunuh. Pertempuran terjadi sangat
sengit. Banyak terbunuh di antara mereka dari kafilah yang berjumlah sekitar
300 orang lelaki. Kaum muslimin (baca: kaum Wahabi) telah membantai mereka dan
mengambil semua yang ada pada mereka
dari uang, pakaian, perhiasan, onta dan lainnya. Telah
dibunuh dari mereka sekitar 70 orang lelaki di antaranya: Zamil ibnu Zaid, Zaid
al-Hazani dan Sinan ibnu Syahin.”[1]
b. Kitab Unwan al-Majd halaman 169-170:
Kemudian
masuk tahun 1204 Hijriyah. Pada tahun itu, Saud bersama tentara-tentaranya al-Manshurah (yang dimenangkan),
kuda-kuda pilihan terkenal, orang-orang Arab badui dari Zhufair, seluruh badui
yang ada, Zaid ibnu Urai’ir dan pembelot Bani Khalid, (bergerak) menuju Bani
Khalid. Pemimpinnya saat itu Abdul Muhsin ibnu Sardah, keponakannya dan
Duwaihis ibnu Urai’ir. Mereka tinggal di Guraimil yang terkenal di Ahsaa. Saud
(dan tentaranya) menyerang dan memaksa mereka keluar. Maka terjadi pertempuran
di antara mereka selama tiga hari. Kemudian Bani Khalid dan para pengikutnya
mundur.
Lalu kaum muslimin (baca: kaum
Wahabi) menyerang dari belakang,
membunuh dan mengambil harta ghanimah.
Saud memperoleh onta, kambing, perhiasan dan perabotan yang tidak terhitung
jumlahnya, sedangkan musuh banyak yang terbunuh. Lalu dipisahkan seperlima ghanimah (untuk bagian Ibnu Abdul Wahab)
dan sisanya dibagikan kepada tentara kaum muslimin (baca: kaum Wahabi), untuk
yang berjalan kaki satu bagian dan yang menunggang kuda dua bagian. Abdul
Muhsin dan orang yang bersamanya lari ke Muntafaq, sedangkan mayoritas Arab
badui (dari pengikut Abdul Muhsin yang tersisa) menuju Ahsaa untuk berbaiat
kepada Saud, masuk agama Allah dan rasul-Nya dengan penuh ketundukan dan
ketaatan.”[1]
c. Kitab Unwan al-Majd halaman 178:
“Kejadian tahun 1206 Hijriyah.
Saud
memerangi Quthaif. Kemudian masuk tahun 1206 Hijriyah. Pada tahun itu di bulan
Jumadil Ula, Saud bersama bala tentaranya dari kalangan badui maupun kotanya
menuju Quthaif. Kaum muslimin mengepung penduduk Sihat dan menaiki temboknya.
Lalu mengambil paksa daerah Sihat dan
mengambil apa yang ada di dalamnya dari harta-benda dan barang-barang
lainnya yang tidak terhitung banyaknya. Mereka mengambil daerah Ank secara
paksa. Dibunuh dari mereka (penduduk Ank) 500 (lima ratus) orang lelaki.
Kemudian Saud (dan bala tentaranya) berjalan
lagi ke daerah Qudaih
dan mengambilnya secara paksa. Saud (dan pasukannya) mengambil dari Qudaih harta-benda
yang banyak, membunuh kaum lelakinya. Saud (dan pasukannya) menguasai daerah
Ank, Awamiyah dan lainnya. (Kemudian)
mengepung Furdhah, karena mayoritas penduduk Quthaif kabur ke sana. Lalu
mereka berdamai dengan Saud dengan membayar 3000 zur. Kaum muslimin (baca: kaum
Wahabi) menghancurkan apa yang ada di Quthaif dari patung-patung sesembahan
(baca: makam-makam orang shaleh) dan gereja-gereja (baca: apa betul ada gereja
di Saudi saat itu?) dan membakar kitab-kitab mereka yang jelek setelah kaum
muslimin mengumpulkannya berpikul-pikul (saking banyaknya).”
d. Kitab Unwan al-Majd halaman 302:
“Dan Saud menulis kepada Hamud memerintahkannya untuk memerangi penduduk
Shan’a (Yaman) dan berjalan ke sana bersama pasukannya. Namun tidak
dipenuhi. Maka Saud memerintahkan penduduk di sekitar Hijaz, Yaman dan
orang-orang di dekatnya untuk berjalan memerangi Hamud. Saud mengutus dari Dir’iyah
pasukan berkuda pilihan bersama wakilnya Ghassab al-Utaibi, menjadikannya
penasehat bagi para emir Najd dan melarangnya dari menyelisihi Abdul Wahab.
Karena dia ketua bagi semua emir. Maka Abdul Wahab berjalan dengan semua
pasukannya dari Asir, Alma dan selain mereka dari penduduk Tur dan Tihamah.
Sedangkan Ali ibnu Abdurrahman al-Mudhayifi saudaranya Utsman (berjalan bersama
pasukan) dari Thaif,
perkampungan-perkampungannya dan orang-orang lembah Hijaz.
Fahad ibnu Salim (berjalan) bersama penduduk Bisyah dan sekitarnya, serta semua
pasukannya dari orang-orang kota maupun badui. Masyyat, Ibnu Dahman dan
orang-orang di sekitarnya dari semua anak buahnya dari Syahran berjalan
(bersama). Ibnu Harmalah berjalan bersama semua anak buah dan pasukannya dari
Janab dan lainnya. Mereka berjalan serempak bersama para pemimpin mereka yang
terkenal. Lalu berkumpul lebih dari 50.000 (lima puluh ribu) tentara. Kemudian
Abu Mismar berkumpul bersama orang-orang yang bersamanya dari penduduk
Yaman, Najran, Yam, Dahm, kabilah-kabilah Hasyid, Bukail dan
orang-orang sekitarnya dari kabilah-kabilah Hamdan. Dia meletakkan pasukan di
benteng-benteng pertahanan Tihamah. Datang bersamanya pasukan yang banyak. Maka
dua pasukan bertemu di lembah Bisy. Hamud bergabung dengan pasukannya sebelum
benar-benar siap untuk saling berhadapan (dengan musuhnya). Lalu dia ke arah
sejumlah pasukan dari Asir yang Abdul Wahab ada di dalamnya. Perang sengit pun
terjadi di situ seperti nyala api. Abdul Wahab terbunuh dalam
pertempuran itu, dan terbunuh bersamanya beberapa orang
lelaki dari kaumnya. Kemudian satuan-satuan pasukan menyerang kaum Abu Mismar
dan mengalahkan mereka dengan kekalahan tragis. Pasukan terus menghalau mereka,
membunuh dan mendapatkan ghanimah.
Pasukan juga berhasil menguasai sebagian kemah-kemah dan tempat-tempat musuh.
Abu mismar terus mundur hingga ke pertahanannya di Abu Uraisy. Kaum muslimin
telah berhasil menduduki negeri Shabiya dan sekitarnya dan mendapatkan harta ghanimah yang banyak.”
e. Kitab Unwan
al-Majd halaman 312-313:
“Thami
ibnu Syuaib, Emir Asir, Bergerak ke Hadidah.
Kemudian bergerak setelahnya, Thami ibnu Syuaib, emir
kota Asir, Alma dan lainnya bersama pasukan. Mereka menuju pelabuhan terkenal
di daerah Lihyah. Lalu mengepungnya dan
mengambilnya secara paksa. Mereka mengambil hampir semua yang ada di dalamnya dari uang, emas, perak, pakaian, permata, sutera dan
berbagai macam harta-benda yang tidak terhitung jumlahnya.
Diceritakan kepada kami bahwa, di antara mereka ada yang
menumbuk permata karena mengiranya biji jagung, dan dibunuh dari penduduknya jumlah yang banyak, kabarnya orang-orang yang
mati dari mereka sebanyak 1000 orang dari (jumlah) yang terbunuh dan mati.
Pasukan Thami (juga) menghancurkan kota Lihyah dan membakarnya.
Pada tahun itu (tahun 1225 Hijriyah/1810 Masehi), Thami
berjalan bersama pasukannya yang banyak dari para anak buahnya dari Asir,
Hijaz, Bisyah dan sekitarnya, Qahthan dan yang lainnya dari orang-orang badui
menuju Tihamah. Mereka sekitar 20.000
(dua puluh ribu) orang tentara menuju
pelabuhan al-Hadidah. Lalu turun kepada penduduknya, mengambilnya secara paksa
dan menguasai hampir semua daerah Hadidah. Telah sampai kepada penduduknya
(berita) kedatangan pasukan, sehingga mereka mengamankan harta-benda ringan ke
dalam perahu-perahu yang dikendarai oleh mayoritas kaum lelaki.
Lalu Thami (anak buah Saud) dan
orang-orang yang bersamanya mengambil
apa yang mereka jumpai di dalamnya dari uang dan harta benda, menghancurkan
pelabuhan Hadidah dan membunuhi banyak penduduknya. Para pekerja Saud itu
memisahkan bagian seperlima ghanimah
(sebagai jatah Ibnu Abdul Wahab) dan kembali ke Dir’iyah dengan membawa harta
rampasan itu.”
[1] Ibnu Bisyr, Unwan al-Majd, op. cit., hal. 155.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...