Berikut ini beberapa poin yang saya sampaikan dalam diskusi film
‘Argo’ yang diadakan Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Unpad.
1. Kronologi peristiwa
Upaya penggulingan Shah dilakukan melalui demo-demo masif di seantero Iran, dan salah satu unsur yang sangat berperan dalam berbagai aksi demo itu adalah mahasiswa. Ketika Shah terguling dan kabur ke AS, mahasiwa Iran yang tergabung dalam perkumpulan ‘Mahasiswa Pengikut Garis Imam’ mencurigai Kedubes AS sebagai pihak yang berperan dalam berbagai upaya destabilisasi politik (antara lain dengan membiayai dan mendukung kelompok-kelompok antirevolusi). Setelah Kedubes AS diduduki, mereka memang menemukan sangat banyak dokumen yang membuktikan bahwa CIA melakukan aksi mata-mata dan upaya subversif di Iran.
2. Ke-lebay-an Argo
Dalam film ini, agen CIA bernama Tony Mendez digambarkan sebagai jagoan yang menyelamatkan enam karyawan Kedubes AS yang pada peristiwa penyanderaan Kedubes berhasil kabur dan bersembunyi di Dubes Kanada. Film ini buat saya sangat membosankan, kecuali di bagian akhir, detik-detik ketika ketujuh warga AS yang menyamar jadi warga Kanada itu berusaha naik pesawat Swiss Air. Mereka sempat dikejar-kejar petugas keamanan Iran, namun, akhirnya pesawat itu terbang dan meninggalkan Iran.
Masalahnya, kejadian itu ternyata fiksi. Menurut salah seorang karyawan kedubes AS, Lee Schatz, situasi saat mereka meninggalkan bandara baik-baik saja. Bisa lihat di video di bawah ini (termasuk juga kesaksian mantan mahasiswa Iran pelaku pendudukan Kedubes AS)
Bahkan, Ken Taylor (yang saat kejadian itu bertugas sebagai Dubes Kanada dan terlibat langsung dalam peristiwa ini) memberikan kritikan berikut ini:
Oya, ke-6 karyawan Kedubes AS sebenarnya tidak menginap di rumah Dubes Ken Taylor (seperti diceritakan di film), tetapi di rumah John Sheardown (staf kedubes Kanada).
Kritikan dari saya:
Dari sisi studi Hubungan Internasional, peristiwa ini menarik dikaji dari sisi: Kedubes di sebuah negara adalah wilayah berdaulat; pemerintah negara tempat Kedubes berada tidak boleh masuk tanpa seizin Kedubes. Jadi, Kedubes AS adalah wilayah berdaulat milik pemerintah AS. Tentara Iran tidak boleh masuk ke sana; bila masuk, itu sama saja dengan mengobarkan perang militer. Artinya, sebenarnya, memang tindakan pendudukan mahasiswa Iran itu melanggar hukum internasional. Namun, karena mereka mahasiswa, bukan tentara, situasinya jadi sulit. Hukum perang tidak bisa dipakai.
Di sisi lain, diplomasi memang sangat terkait dengan kegiatan mata-mata. Sudah bukan rahasia lagi bila diplomat bertugas mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari negara tempatnya bertugas. Bagaimana status hukumnya? Hukumnya ditetapkan oleh masing-masing negara (bisa dideportasi, dipenjara, atau bahkan dihukum mati). Namun pelaksanaannya sangat bergantung kepada kekuatan (power) negara masing-masing. Misalnya, AS dan Rusia sangat keras terhadap aksi mata-mata asing. Tapi, Indonesia, diam saja meski sudah beberapa mantan pejabat militer memperingatkan banyaknya agen CIA di Indonesia.
4. Dampak Penyanderaan Kedubes AS bagi Iran:
-diplomatic espionage
-pernyataan Ken Taylor
-pernyataan Taylor tentang penulis skenario
Sumber Utama :
http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/04/25/ke-lebay-an-argo/#more-1271
1. Kronologi peristiwa
- Revolusi Islam menang/Syah Pahlevi terguling: 11 Feb 1979
- Penyanderaan Kedubes AS di Teheran: 4 Nov 1979-20 Jan 1981 (444 hari), dilakukan oleh mahasiswa.
- 18 Nov 1979: Imam Khomeini perintahkan mahasiswa utk bebaskan sandera wanita dan sandera berkulit hitam.
- 28 Jan 1980: Canadian Caper operation (operasi penyelamatan 6 pegawai kedubes AS, dilakukan oleh pemerintah Kanada bersama CIA; inilah yang diceritakan dalam film Argo)
- 24 April 1980: Operasi Eagle Claw untuk menyelamatkan para sandera (gagal; pesawat-pesawat tempur AS yang sudah sampai di gurun Tabas tiba-tiba diserang angin gurun dan bertabrakan satu sama lain; Imam Khomeini mengomentari kejadian ini sebagai ‘pertolongan Tuhan’)
- 27 Juli 1980: Shah meninggal di Kairo
- Sept 1980: Irak serang Iran (didorong AS-US)
- 19 Januari 1981: Perjanjian Algiers (AS berjanji tidak lagi mengintervensi politik dan militer Iran; berjanji mencairkan aset Iran yang dibekukannya, dan berjanji menghentikan sanksi ekonomi terhadap Iran; sebaliknya, Iran berjanji membayar hutang -yang dilakukan era Shah-kepada AS). Sandera pun dibebaskan. Namun sampai kini semua janji itu tidak ditepati AS.
Upaya penggulingan Shah dilakukan melalui demo-demo masif di seantero Iran, dan salah satu unsur yang sangat berperan dalam berbagai aksi demo itu adalah mahasiswa. Ketika Shah terguling dan kabur ke AS, mahasiwa Iran yang tergabung dalam perkumpulan ‘Mahasiswa Pengikut Garis Imam’ mencurigai Kedubes AS sebagai pihak yang berperan dalam berbagai upaya destabilisasi politik (antara lain dengan membiayai dan mendukung kelompok-kelompok antirevolusi). Setelah Kedubes AS diduduki, mereka memang menemukan sangat banyak dokumen yang membuktikan bahwa CIA melakukan aksi mata-mata dan upaya subversif di Iran.
2. Ke-lebay-an Argo
Dalam film ini, agen CIA bernama Tony Mendez digambarkan sebagai jagoan yang menyelamatkan enam karyawan Kedubes AS yang pada peristiwa penyanderaan Kedubes berhasil kabur dan bersembunyi di Dubes Kanada. Film ini buat saya sangat membosankan, kecuali di bagian akhir, detik-detik ketika ketujuh warga AS yang menyamar jadi warga Kanada itu berusaha naik pesawat Swiss Air. Mereka sempat dikejar-kejar petugas keamanan Iran, namun, akhirnya pesawat itu terbang dan meninggalkan Iran.
Masalahnya, kejadian itu ternyata fiksi. Menurut salah seorang karyawan kedubes AS, Lee Schatz, situasi saat mereka meninggalkan bandara baik-baik saja. Bisa lihat di video di bawah ini (termasuk juga kesaksian mantan mahasiswa Iran pelaku pendudukan Kedubes AS)
Bahkan, Ken Taylor (yang saat kejadian itu bertugas sebagai Dubes Kanada dan terlibat langsung dalam peristiwa ini) memberikan kritikan berikut ini:
- “Hal yang menggelikan adalah bahwa penulis skenario [Chris Terrio; dan dia mendapat Oscar] sama sekali tidak paham dengan apa yang ditulisnya,” kata Taylor.
- Kedubes Kanada sebenarnya sudah (dan bisa) mengatur ke-6 orang AS itu untuk keluar dari Iran dengan menggunakan paspor Kanada tanpa perlu skenario rumit ala CIA (seperti diceritakan di film).
- Pembuatan paspor palsu sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah Kanada, tanpa bantuan Tony Mendez (seperti diceritakan di film)
- Di film disebutkan bahwa Pemerintah Kanada menyuruh ke-6 warga AS itu segera pergi karena kedubes Kanada akan ditutup; menurut Ken Taylor, ini tidak benar.
- Tidak ada interogasi menyeramkan di bandara (seperti diceritakan di film); juga tidak ada peristiwa pengejaran/penyerbuan petugas bandara; sehingga sama sekali tidak ada aksi heroik dari agen CIA.
Oya, ke-6 karyawan Kedubes AS sebenarnya tidak menginap di rumah Dubes Ken Taylor (seperti diceritakan di film), tetapi di rumah John Sheardown (staf kedubes Kanada).
Kritikan dari saya:
- Adegan pengejaran pesawat Swiss Air juga terasa lebay. Aneh sekali, kok petugas keamanan bandara tidak punya kunci pintu dan gerbang menuju landasan, sampai harus memecahkan kaca. Kemudian, mengapa tidak langsung menelpon menara pengawas bandara saja, melarang Swiss Air terbang? Atau mungkin, memang sengaja dibuat demikian, untuk memperlihatkan bahwa orang Iran sangat tolol.
- Ingat lagi, revolusi Islam menang 11 Januari 1979, pendudukan Kedubes terjadi 4 November, dan kedatangan agen CIA terjadi bulan Januari 1980. Dalam rentang kurang dari setahun, sama sekali belum ada konsolidasi dalam pemerintahan Iran; semua masih kacau dan koordinasi belum terjalin kuat. Bahkan stempel paspor pun masih bertuliskan ‘Kerajaan Iran’ (bukan Republik Islam Iran). Sulit diterima bahwa dalam kondisi chaos ini, Iran sampai mau repot-repot mengurusi 6 karyawan kedubes yang kabur ini; bahkan sampai memverifikasi ke studio di Hollywood (seperti diceritakan di film); atau sampai mengumpulkan potongan-potongan kertas di Kedubes AS untuk menyelidiki 6 karyawan ini. Bahkan sampai sekarang pun birokrasi di Iran masih agak amburadul; apalagi zaman ketika chaos dulu. Ini terbukti pula dari kritikan Taylor (dan pengakuan Lee Schatz), bahwa mereka aman-aman saja di bandara.
Dari sisi studi Hubungan Internasional, peristiwa ini menarik dikaji dari sisi: Kedubes di sebuah negara adalah wilayah berdaulat; pemerintah negara tempat Kedubes berada tidak boleh masuk tanpa seizin Kedubes. Jadi, Kedubes AS adalah wilayah berdaulat milik pemerintah AS. Tentara Iran tidak boleh masuk ke sana; bila masuk, itu sama saja dengan mengobarkan perang militer. Artinya, sebenarnya, memang tindakan pendudukan mahasiswa Iran itu melanggar hukum internasional. Namun, karena mereka mahasiswa, bukan tentara, situasinya jadi sulit. Hukum perang tidak bisa dipakai.
Di sisi lain, diplomasi memang sangat terkait dengan kegiatan mata-mata. Sudah bukan rahasia lagi bila diplomat bertugas mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari negara tempatnya bertugas. Bagaimana status hukumnya? Hukumnya ditetapkan oleh masing-masing negara (bisa dideportasi, dipenjara, atau bahkan dihukum mati). Namun pelaksanaannya sangat bergantung kepada kekuatan (power) negara masing-masing. Misalnya, AS dan Rusia sangat keras terhadap aksi mata-mata asing. Tapi, Indonesia, diam saja meski sudah beberapa mantan pejabat militer memperingatkan banyaknya agen CIA di Indonesia.
4. Dampak Penyanderaan Kedubes AS bagi Iran:
- Positif: upaya pelemahan Republik Islam Iran yang saat itu masih ‘bayi’ berhasil digagalkan; kepentingan nasional Iran (dari sisi tegaknya pemerintahan pasca revolusi Islam) bisa dipertahankan; dan terbukanya kedok (siapa lawan-kawan) di antara tokoh-tokoh internal Iran
- Negatif: Iran diembargo (tapi dalam jangka panjang, justru embargo memacu Iran untuk mandiri), harta Iran dibekukan AS, Iran diasingkan dalam dunia diplomasi internasional (tetapi dlm jangka panjang, seiring kemajuan eko-pol, dan kegigihan upaya diplomasi Iran tetap jadi pemain utama di kawasan)
- Mengajukan tuntutan hukum terhadap pembuat dan distributor film karena “film itu telah mendeskripsikan bangsa Iran sebagai bangsa yang over-emosional, irrational, gila, dan kejam; dan di saat yang sama, agen CIA ditampilkan sebagai sosok heroik dan patriotik.”
- Membuat film tandingan, The General Staff, akan diproduksi mulai tahun depan.
- Memberi award balasan, yaitu “Wet Gunpowder Award” kepada Michele Obama atas jasanya ‘membuktikan bahwa Zionis dan Hollywood menguasai Gedung Putih’. Ini jelas award sindiran telak, karena seperti diketahui, pengumuman kemenangan Argo meraih Oscar dilakukan oleh Michele Obama. Seistimewa apa sih, Argo, sampai-sampai First Lady AS yang harus tampil mengumumkannya? Ini adalah indikasi adanya politik di balik pembuatan film Argo.
-diplomatic espionage
-pernyataan Ken Taylor
-pernyataan Taylor tentang penulis skenario
Sumber Utama :
http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/04/25/ke-lebay-an-argo/#more-1271
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...