Dina Y. Sulaeman
Sekitar 20 hari setelah syahidnya ulama Sunni terkemuka, Syekh Al Buthy, tiba-tiba jejaring sosial diramaikan oleh postingan video "detik-detik terbunuhnya Syekh Buthy".[1] Kata pengantar dan komentar untuk video itu, sangat bergantung kepada siapa yang upload. Bila yang meng-upload atau memberi komen adalah para simpatisan ‘mujahidin' Syria, video ini mereka jadikan dalil, "Inilah bukti bahwa Syekh Buthy tidak tewas karena ledakan bom, melainkan karena ditembak oleh agennya Assad." Sepertinya, mereka selama ini malu dan kebingungan, bagaimana mungkin ulama Sunni sekaliber Buthy dibunuh ‘mujahidin'? (Aksi bom bunuh diri atau pengeboman di tempat umum sudah jadi trade mark para ‘mujahidin', mereka pun telah menyatakan bertanggung jawab atas ratusan aksi pengeboman; tim investigasi PBB juga menyatakan demikian.) Kini para simpatisan jihad Indonesia seolah lega mendapati video ini.
Sebaliknya, bila yang menyebarluaskan video itu adalah orang-orang yang antiperang Syria (bisa jadi dia itu memang fans Assad; atau bukan fans Assad tapi mampu melihat peta konflik dengan jernih dan mampu melihat bahwa perang di Syria sesungguhnya hanya menguntungkan Israel), akan mengatakan, inilah buktinya bahwa MEMANG ada terorisme. Syekh Buthy syahid, baik itu karena bom atau ditembak, keduanya adalah aksi terorisme yang sangat keji. Apa ada dalil yang membolehkan membunuh ulama yang sedang berceramah (apalagi ceramahnya itu soal akhlak, bukan politik)?
Oh ya, saya lupa. Ada kok dalilnya, yaitu "fatwa" dari Yusuf Qardhawi, yang dalam wawancara khusus terkait Syria di televisi Al-Jazeera mengatakan, "Orang-orang yang bekerja sama dengan penguasa, wajib bagi kita untukmemerangi/membunuh mereka semua (yajib an nuqaatilahum jamii'an), baik itu dari kalangan militer, orang sipil, ulama..."[2]
Baiklah, kembali kepada video yang menghebohkan itu. Setelah saya berusaha menguatkan hati melihatnya, ada dua kemungkinan yang bisa saya ambil.
1. Video itu mungkin asli. Menurut analisis seorang FB-er, Mohamed Hatem, dalam video ini memang terbukti argumen yang sejak lama sudah disuarakan oleh para simpatisan mujahidin: Syekh Buthy tidak tewas karena bom melainkan karena ditembak. Tapi, pengeboman di masjid Al Iman benar adanya (dibuktikan oleh video-video lain yang menunjukkan suasana masjid pasca ledakan; serta potongan mayat ‘si pengantin'/pelaku bom bunuh diri). Pertanyaannya, mengapa Syekh Buthy akhirnya tewas karena ditembak? Menurut analisis Hatem, ini artinya ada anggota tim ‘mujahidin' lain–selain si peledak bom-yang bertugas memastikan bahwa Syeikh Buthi benar-benar wafat.
Mungkin akan muncul pertanyaan, "Siapa yang bisa memastikan bahwa si penembak adalah ‘tim lain' itu? Bisa saja kan, itu memang anteknya Assad?" Jawabannya terletak pada, siapa yang merekam kejadian itu? Kalau pihak Assad, tentu sepertinya mengada-ada dari sisi operasi intelijen. Untuk apa? Untuk semakin merusak nama baiknya dirinya sendiri? Atau pihak ‘mujahidin' yang sengaja merekam? Untuk apa? Atau mungkin itu kamera televisi yang memang biasa dipasang di masjid untuk merekam ceramah Syekh Buthy? Lalu video itu bocor dan disebarluaskan oleh mujahidin untuk ‘membersihkan' nama mereka? Tidak mungkin, karena kualitasnya sangat buruk dan buram; ini jelas bukan kamera televisi.
2. Video itu mungkin palsu. Mungkin saja, rekaman Syekh Buthi saat ceramah di-"potong" lalu dilekatkan pada video lain. Argumennya: kamera yang merekam kejadian itu adalah kamera yang stabil (bukan kamera handphone, misalnya), sehingga rekaman suara pun seharusnya stabil. Di awal rekaman, suara Syekh Buthy terdengar jelas. Setelah terdengar suara ledakan, layar terlihat gelap, lalu, tampak Syekh Buthy bangun lagi (seolah-olah saat ledakan beliau menundukkan kepala), tapi sambil memegang sapu tangan putih yang menutupi wajahnya. Lalu ada seorang laki-laki yang mendekati Syekh Buthy, dan sepertinya menembaknya dari dekat; lalu terlihat beliau terkulai dan orang-orang mendekat. Anehnya, pasca ledakan, tidak ada suara lagi yang terekam. Harusnya, ada teriakan (atau minimalnya, ada suara rintihan dari Syekh Buthy sendiri—kan tadi di awal rekaman suaranya terdengar jelas?).
Oke, bisa jadi jawabannya: ada kerusakan di sound-recordernya. Wallahu a'lam. Tapi: siapa yang bisa memastikan bahwa setelah layar sempat gelap, orang itu adalah Syekh Buthy—karena gambarnya sangat buram, tidak seperti di awal video? Dan bagaimana bisa memastikan bahwa lelaki yang (sepertinya) menembak itu PASTI anteknya Assad (atau sebaliknya, PASTI mujahidin)?
Mungkin banyak lagi ‘analisis' yang bisa dilakukan. Saya tidak akan berpanjang-panjang lagi di sini. Yang ingin saya sampaikan hanya satu: apapun analisisnya, video itu tidak bisa dijadikan barang bukti untuk menentukan pembunuh Syekh Buthy, anteknya Assad atau mujahidin. Jadi SIAPA? Untuk menjawabnya, tentu saja, perlu dirunut lagi semuanya, baca lagi analisis-analisis yang sudah banyak ditulis orang. Bandingkan argumen-argumennya dengan akal, bukan taklid pada apa kata ustadz/ah. Lalu simpulkan dengan jernih.
Bagi saya, syahidnya Syekh Buthy adalah bukti nyata adanya terorisme di Syria. Syekh Buthy (alm), Syekh Hassoun (Mufti Besar Syria, yang anaknya juga tewas dibunuh teroris), serta Syekh Hassan Seifeddin(ulama Aleppo yang syahid dibunuh teroris, kepalanya dipenggal, jasadnya diarak di jalanan) adalah ulama-ulama Sunni. Tapi ternyata mereka menolak untuk mendukung ‘mujahidin'. Artinya, ini bukan Sunni lawan Syiah.
Apakah dengan menolak mendukung ‘mujahidin', artinya para ulama itu anteknya Assad? Dan apakah orang yang menentang perilaku para ‘mujahidin' itu pasti Syiah? Tentu saja itu simpulan yang naif. Ini sama saja seperti Bush saat mendeklarasikan Perang Melawan Terorisme: you're either with usor against us(mau gabung bersama kami, atau melawan kami). Apa kita yang menolak mendukung Bush mengebomi rakyat Afganistan dan Pakistan bisa disebut pendukung teroris?!
Memangnya, buat rakyat Syria pilihan hanya dua: antek Assad atau anti Assad? Tidak, masih ada pilihan ketiga: perubahan rezim tapi tanpa terorisme. Cara-cara berjuang ala teroris itulah yang ditentang oleh para Syekh Sunni itu; juga oleh kelompok-kelompok oposisi Syria yang tergabung dalam National Coalition Body. Bilapun benar rezim Assad adalah rezim terjahat sedunia; tidak bisa dijadikan pembenaran bagi muslimin untuk melakukan aksi-aksi ala teroris. Islam sudah memberikan aturan yang jelas; terorisme bukanlah etika perang Islam.
Dan kita, bangsa Indonesia, perlu berhati-hati agar cara-cara berjuang ala teroris tidak menular ke negeri kita tercinta.(IRIB Indonesia)
*) Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate Global Future Institute
----
[1]http://www.youtube.com/watch?v=nM8QF5-hD_Q&feature=youtu.be
[2] http://www.youtube.com/watch?v=O71tJN8D_Yk
reff : http://indonesian.irib.ir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon tinggalkan pesan dan komentar anda...